Sumber gambar: 1001topgambar.blogspot.com
Kedudukan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Islam
Islam menjadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban
yang sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia,
“Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua …
jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah … betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam,
sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkannya
sebagai salah satu amalan yang paling utama. Lalu, sudahkah kita berbakti
kepada kedua orang tua?
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan
perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ibumu.”
Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.”
Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.”
Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Perkataan Salafush Shalih (Generasi Pendahulu yang Saleh) tentang
Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada
seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam
surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah
kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya,
memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi
dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)
Subhanallah … Dewasa ini sering kita saksikan banyak orang yang melakukan
ritual-ritual ibadah yang menyimpang karena kebodohan mereka dengan tujuan agar
terhindar dari api neraka dan mendekatkan diri ke surga. Padahal kalau mereka
tahu, sebenarnya alangkah dekatnya mereka dengan surga. Ya … surga yang selalu
menjadi penggerak jiwa para salafush shalih untuk bisa meraihnya, yang
dipenuhi dengan kenikmatan, beraroma kasturi, yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, yang membuat segenap jiwa merindukannya, yang menjadi harapan utama
bagi setiap mukmin. Semua itu bisa mereka raih dengan berbakti kepada kedua
orang tua selama mereka menjauhi dosa besar.
Kisah Seorang Wanita yang Berbakti kepada Ibunya
Yahya bin Katsir menceritakan, “Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu
Amir radhiyallahu ‘anhuma datang menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau dan masuk Islam. Ketika itu,
beliau bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap istrimu yang kamu tuduh ini
dan itu?’ Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia bersama keluarganya.’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya mereka
telah diampuni.’
‘Mengapa wahai Rasulullah?’ tanya mereka. Beliau menjawab, ‘Karena dia
telah berbuat baik kepada ibunya.’ Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dia memiliki
ibu yang sangat tua. Suatu ketika ada orang yang berseru, ‘Hai, ada musuh yang
hendak memporak-porandakan kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua
itu. Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia
taruh telapak kaki ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena
panas. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.’”
Saudariku … renungkanlah, bila kita simak kisah di atas lebih mendalam,
kita akan mengetahui bahwa berbakti kepada orang tua—terutama ibu—menjadi sebab
kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat. Maka selayaknya kita berusaha
agar bisa meraih kebahagiaan itu selagi orang tua kita masih hidup. Kemudian
bandingkanlah keadaan di zaman kita dengan kisah di atas. Alangkah jauh
perbedaannya! Apakah yang memberatkan kita untuk berbakti kepadanya sebagaimana
yang telah dilakukan oleh salafush shalih? Apa yang menghalangi kita
untuk berbakti kepadanya jika hal tersebut akan membuat kita bahagia dan
menjadi orang yang kaya pahala dan tenteram hatinya?
Sungguh merugi jika kita mengetahui dekatnya surga denganberbakti kepada
kedua orang tua, tetapi kita malah melalaikannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka
sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dalam hadits lain beliau juga bersabda, “Celaka, celaka, celaka!” Ada
yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang
mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah berusia lanjut, tetapi tidak
membuatnya masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)
Melalui Doa Ibu
Berikut ini terdapat kutipan kisah penuh hikmah tentang pentingnya berbakti
kepada orang tua. Salim bin Ayyub bercerita, “Aku pernah mengadakan perjalanan
ke kota Ray, ketika itu usiaku dua puluh tahun. Di sana aku menghadiri suatu
majelis dengan seorang syaikhyang sedang mengajar. Syaikh itu berkata kepadaku,
‘Maju dan bacalah.’ Aku berusaha membacanya tetapi aku tidak bisa. Lidahku
kelu.
Ia bertanya, ‘Apakah kamu punya ibu?’
Aku menjawab, ‘Ya.’
Syaikh berkata, ‘Kalau begitu, mintalah ia supaya mendoakanmu agar Allah
menganugerahkanmu Al-Qur`anul-Karim dan ilmu.’
Lantas aku pulang menemui ibuku dan memintanya berdoa. Maka ia berdoa
untukku. Setelah tumbuh dewasa, suatu ketika aku pergi ke Bagdad. Di sana aku
belajar bahasa Arab dan fikih, kemudian aku kembali ke kota Ray.
Ketika aku sedang berada di Masjid Al-Jami’ mempelajari kitab Mukhtashar
Al-Muzani, tiba-tiba Asy-syaikh datang dan mengucapkan salam kepada
kami sedangkan ia tidak mengenaliku. Ia mendengarkan perkataan kami, tetapi
tidak tahu apa yang kami ucapkan, kemudian ia bertanya, ‘Kapan ia belajar
seperti ini?’ Maka aku ingin mengatakan seperti yang ia ucapkan dahulu, ‘Jika
engkau punya ibu, katakan kepadanya agar ia berdoa untukmu.’ Akan tetapi aku
malu kepadanya.”
Lihatlah Saudariku, betapa mustajabnya doa seorang ibu. Lalu mengapa
terkadang kita khawatir doa kita tidak terkabul? Mengapa terkadang kita merasa
kesulitan memahami suatu ilmu padahal ada seorang ibu di samping kita?
Bakti Seorang Anak ketika Orang Tua telah Tiada
Terkadang sebagian kita beranggapan bahwa kewajiban berbakti kepada kedua
orang tua telah usai ketika orang tua telah wafat. Jika memang demikian,
alangkah bakhilnya diri kita. Alangkah singkatnya bakti kita kepada orang tua
yang telah mengasuh kita dengan penuh kasih sayang, yang telah mengorbankan
siang dan malamnya untuk kebahagiaan sang anak. Seseorang yang telah
mengucurkan banyak air mata dan keringat untuk kebaikan sang anak. Lantas,
apakah balas budi kepada mereka akan berakhir seiring berakhirnya
kehidupan mereka??
Saudariku … ketahuilah, bahwa saat setelah wafat adalah saat di mana kedua
orang tua paling membutuhkan bakti anak-anaknya, yaitu ketika mereka telah
memasuki alam barzah. Mereka sangat membutuhkan doa yang baik dan permohonan
ampun melalui seorang anak untuk mengangkat kedua telapak tangannya kepada
Allah Ta’ala.
Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu sebagai baktiku
kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau bersabda, “Ya,
engkau mendoakan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, menunaikan janji
keduanya, memuliakan teman keduanya, dan silaturahmi yang tidak tersambung
kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-Hakim)
Begitulah, bakti seorang anak kepada kedua orang tua senantiasa menjadi utang
manusia selama ruh masih berada pada jasadnya, selama jantung masih berdetak,
selama nadi masih berdenyut, dan selama napas masih berembus. Oleh karena itu,
sangat keliru jika ada orang yang beranggapan bahwa baktinya telah usai ketika
orang tua telah wafat. Bakti seorang anak kepada orang tua senantiasa menjadi
hutang yang harus ditunaikan sampai ia bertemu dengan Allah Ta’ala.
Mereka sangat membutuhkan doa yang tulus serta permohonan ampun sehingga mereka
mendapatkan limpahan rahmat dan ampunan dari Allah karenanya.
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba yang saleh di
surga. Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb, mengapa aku mendapatkan ini?’ Allah
menjawab, ‘Karena permohonan ampunan anakmu untukmu.’” (HR. Ahmad)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila
seorang anak Adam meninggal dunia maka amalnya terputus, kecuali tiga perkara:
… ,anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Faedah Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Berbakti kepada kedua orang tua membuahkan banyak keutamaan. Berikut ini
beberapa faedah berbakti kepada kedua orang tua:
- Dikabulkannya doa (sebagaimana
kisah yang telah disebutkan).
- Sebab dihapuskannya dosa besar.
Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam lalu
berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan dosa besar. Apakah ada taubat
untukku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang ibu?”
Laki-laki itu menjawab, “Tidak.” Nabi bertanya lagi, “Apakah
engkau memiliki seorang bibi?” Ia menjawab, “Ya. “ Nabi
bersabda, “Berbaktilah kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban)
- Berbakti kepada kedua orang tua
merupakan penyebab keberkahan dan bertambahnya rezeki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia
berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia menyambung
silaturahmi.” (HR. Ahmad)
- Barangsiapa yang berbakti
kepada bapak ibunya maka anak-anaknya akan berbakti kepadanya, dan
barangsiapa yang durhaka kepada keduanya maka anak-anaknya pun akan
durhaka pula kepadanya.
Tsabit Al-Banany mengatakan, “Aku melihat seseorang memukul bapaknya di
suatu tempat. Maka dikatakan kepadanya, ‘Apa-apaan ini?’ Sang ayah
berkata, ‘Biarkanlah dia. Sesungguhnya dulu aku memukul ayahku pada bagian
ini maka aku diuji Allah dengan anakku sendiri, ia memukulku pada bagian
ini. Berbaktilah kalian kepada orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian
akan berbakt kepada kalian.’”
- Ridha Allah terletak pada ridha
kedua orang tua, murka Allah pada murka orang tua.
- Diterimanya amal.
Sesorang yang berbakti kepada kedua orang tua maka amalnya akan diterima.
Diterimanya amal akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Kalau aku tahu
bahwasanya aku punya shalat yang diterima, pasti aku bersandar kepada hal
itu. Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, sesungguhnya
Allah menerima amalnya.”
Saudariku, renungkanlah keutamaan-keutamaan di atas. Sesungguhnya berbakti
kepada orang tua merupakan salah satu sebab dihapuskannya dosa besar,
diterimanya amal, serta sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat. Setelah kita
melihat keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, pahala yang dijanjikan,
serta kisah-kisah generasi pendahulu yang saleh, masih adakah penghalang bagi
kita untuk menaati kedua orang tua?
Renungan …
Saudariku, mari renungkan kisah ini agar kita tahu betapa luas dan dalamnya
kasih sayang orang tua—terutama ibu—kepada anaknya.
Dikisahkan, pada masa kekuasaan Al-Abbasiyyah ada seorang laki-laki
mendatangi rumah seorang wanita, lalu ia mengetuk pintu dan memintanya melunasi
utang. Perempuan itu menampakkan ketidakmampuannya untuk melunasi utang
sehingga orang itu marah dan memukulnya lantas pergi. Kemudian dia datang
sekali lagi menemui wanita tersebut. Akan tetapi, kali ini yang membukakan
pintu adalah anak laki-laki dari wanita itu. Tamu itu menanyakan di mana
ibunya. Anak tersebut menjawab, “Ibuku pergi ke pasar.” Laki-laki itu menyangka
bahwa anak tersebut berdusta sehingga ia memukul anak itu dengan pukulan yang
tidak begitu keras.
Tiba-tiba ibunya muncul dan melihat laki-laki itu memukul putranya maka ia
menangis sejadi-jadinya. Laki-laki itu bertanya kepadanya, “Aku tidak memukulnya
dengan keras, mengapa engkau menangis? Padahal kemarin aku memukulmu lebih
keras, tetapi engkau tidak menangis.”
Sang ibu menjawab, “Kemarin engkau memukul kulitku, dan sekarang engkau
memukul hatiku ….”
Laki-laki tersebut terharu dan memaafkannya, serta bersumpah untuk tidak
menuntut utangnya lagi semenjak itu.
Masya Allah …
Kehadiran orang tua sangatlah memberi ketenangan, cinta, serta kasih sayang
tersendiri yang bersemi di hati segenap insan yang berakal. Mereka biarkan
kesedihan dan keletihan demi senyuman buah hatinya. Mereka curahkan segenap
pengorbanan demi kebahagiaan sang buah hati. Mereka adalah kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Mereka adalah sekotak permata paling berharga, sekeping emas
termahal yang dapat mengantarkan kita ke surga-Nya.
Semoga tulisan ini bermanfaat serta menjadi nasihat bagi penulis dan
segenap pembaca … Aamiin ….
***
Penulis: Ummu Umar
Artikel Buletin Zuhairah
Referensi:
– Wahai Ibu Maafkan Anakmu karya Abu Zubeir Al-Hawary.
– Indahnya Surga Dahsyatnya Neraka karya Syaikh Ali bin Hasan bin
Ali Abdul Hamid Al-Halabi.