Cari Blog Ini

Selasa, 01 Desember 2020

KETIKA LEMAH LEMBUT SEBAGAI RAHMAT DARI ALLAH

 

KETIKA LEMAH LEMBUT SEBAGAI RAHMAT DARI ALLAH

 

FITRAH manusia cenderung pada kebaikan dan mencintai kelembutan (kelemahlembutan). Akan tetapi, karena ego, hawa nafsu atau kepentingan sesaat, banyak manusia yang kemudian berubah menjadi orang kasar, beringas, dan kejam. Oleh karena kelemahlembutan adalah rahmat dari Allah, maka  sudah saatnya kita menjadi muslim yang  berkakater lemah lembut.

 

PADAHAL, ego, hawa nafsu, dan sifat mengutamakan kepentingan sesaat sama sekali tidak memberikan manfaat. Jadi wajar jika manusia yang kasar, beringas, dan kejam tidak akan mendapat ridha dari Allah  sebab Allah tidak mencintai kecuali kelembutan.

Sabtu, 28 November 2020

KEKAGUMAN RASULULLAH SAW KEPADA ORANG YANG SATU INI

 

12 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 28 Nopember 2020

 

KEKAGUMAN RASULULLAH SAW KEPADA ORANG YANG SATU INI

 

RASULULLAH SAW  mengagumi orang mukmin. Sebab, jika memperoleh kebaikan,  orang mukmin memuji Allah dan bersyukur. Apabila ditimpa  musibah,  orang mukmin bersabar. Itulah sebabnya, orang mukmin diberi pahala dari Allah  dalam segala hal.

Jumat, 27 November 2020

BEROBAT SEBAGAI BENTUK TAWAKAL YANG BERBUAH KESEMBUHAN

 11 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 27 Nopember 2020

BEROBAT SEBAGAI BENTUK TAWAKAL YANG BERBUAH KESEMBUHAN

 

GANJARAN atau pahala berobat  adalah kesembuhan dari  Allah. Firman-Nya, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Al-Syu’ara: 80). Berobat sejatinya hanyalah ikhtiar. Yang menyembuhkan bukanlah obat, melainkan Allah. Penyakit itu sendiri hanyalah makhluk yang tidak lebih digdaya ketimbang  kita.

 

OLEH karena itu, Nabi Muhammad SAW berseru, “Maka, berobatlah kalian, dan jangan kalian berobat dengan yang haram!” ) (HR. Abu Daud).

 

DI antara yang haram misalnya khamar. Nabi Muhammad SAW memberi informasi, “Khamar itu bukanlah obat, namun ia adalah penyakit.”  (HR. Muslim). Berobat bisa dengan madu yang rasanya manis, lezat, dan halal.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan dua obat, yaitu madu dan Alquran." (HR. Ibnu Majah).

 

MADU adalah obat untuk fisik, sedangkan Alquran adalah obat bagi yang sakit fisik dan juga psikis. Allah berfirman, “Dan Kami turunkan dari Alquran  suatu yang menjadi penawar.”  (QS. al-Isra’: 82).

 

TERKAIT berobat dengan madu, diceritakan bahwa ada seseorang mengadu  kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saudaraku terkena diare."

 

RASULULLAH SAW memberi solusi, “Minumkanlah madu kepadanya.”  Orang itu pun kemudian meminumkan madu kepada saudaranya.

 

AKAN tetapi, orang itu  kemudian datang lagi kepada Nabi Muhammad SAW dan mengadu untuk kedua kalinya, “Wahai Rasulullah, aku sudah meminumkan madu kepadanya, tetapi diarenya malah semakin parah."

 

Nabi  Muhammad SAW kembali memberi saran, “Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya." Orang tersebut kemudian meminumkan madu lagi kepada saudaranya itu.

 

NAMUN,  orang itu datang lagi, “Wahai Rasulullah, minum madu malah membuat diarenya kian parah.”

 

RASULULLAH SAW menimpali,  “Mahabenar Allah dan telah berdusta perut saudaramu. Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya.” 

 

ORANG itu lalu pergi. Ia meminumkan madu kepada saudaranya. Tidak lama  saudaranya itu akhirnya sembuh. (HR. Bukhari)

 

BEROBAT selain sebagai ikhtiar, termasuk juga bagian dari tawakal. Bagi orang sakit,  ikhtiar adalah berobat dengan sungguh-sungguh agar bisa sembuh.

 

SEMENTARA itu, tawakal adalah menyerahkan kesembuhannya kepada Allah  setelah berobat secara tepat kepada ahlinya. Gampangnya, tawakal adalah kelanjutan dari ikhtiar.

 

ALLAH  berfirman, "Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”  (QS. Ali Imran: 159). Insyaallah orang yang berobat adalah orang yang bertawakal kepada Allah sehingga beroleh ganjaran yang berupa kesembuhan.

NAMUN, tampaknya orang yang sakit tidak cukup hanya berobat sebagai bentuk ikhtiar dan tawakal kepada Allah. Ia pun  juga harus bersabar.

BERSABAR ketika seseorang sedang sakit merupakan sikap moral yang menghantarkan seseorang kepada surga. Bersabar dalam konteks ini adalah bersabar dalam merasakan rasa sakit yang diujikan oleh Allah.

SELAIN berobat agar sembuh, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan doa ini, “Ya Allah, Tuhan seluruh manusia. Hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah. Engkaulah al-Syaafi (Zat Yang Maha Menyembuhkan). Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.” (HR. Bukhari  dan Muslim )

 

Allahumma rabbanasi adzhibil ba’sa wasy fihu. Wa antas syaafi, laa syifaa-a illa syifaauka, syifaa-an laa yughadiru saqamaa.  "Ya Allah, Tuhan manusia. Hilangkanlah rasa sakit ini dan berilah kesembuhan. Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain." (HR Bukhari dan Muslim)

Rabu, 25 November 2020

MENGALAH BERBUAH SURGA

 

9 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 25 Nopember 2020.

 

MENGALAH  BERBUAH  SURGA

 

MENGALAH bukan berarti kalah. Mengalah adalah kemenangan bagi jiwa yang berkualitas tinggi. Seorang yang mengalah disiapkan rumah di surga.  "Barangsiapa yang mengalah dalam satu pertengkaran dan memang ia salah,  akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada bagian bawah surga. Barangsiapa yang mengalah padahal dia benar,  akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada bagian tengah surga.” (HR. Ibnu Majah).

 

MENGALAH bukan berarti kalah. Meski demikian, dalam menyebarkan dan mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, mengalah merupakan  strategi. 

 

ALLAH mengajarkan, "Maka, dengan rahmat Allah,  kamu berlaku lembut kepada mereka. Apabila kamu berlaku kasar dan berhati keras,  pastilah mereka akan menghindar dari sisimu. Maka, maafkan mereka.”  (QS. Ali Imran: 159). Maksudnya  maafkanlah adalah pelanggaran yang mereka lakukan dimaafkan.

 

PAHALA mengalah adalah surga. Nabi Muhammad SAW bersabda seperti yang di bawah ini.

 

“Barangsiapa yang mengalah dalam satu pertengkaran dan memang ia salah,  akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada bagian bawah surga. Barangsiapa yang mengalah padahal dia benar,  akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada bagian tengah surga."

 

TERNYATA, mengalah bukan ketika salah saja. Akan tetapi, mengalah juga bisa terjadi ketika seseorang memang  benar.

 

HAL itu terjadi karena persoalannya bukan pada salah atau benar. Akan tetapi, persoalannya  adalah bahwa  mengalah itu menunjukkan ketinggian akhlak seseorang.

 

NABI MUHAMMAD SAW melanjutkan sabdanya, “Barangsiapa memperbaiki akhlaknya, maka akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada tempat tertinggi di surga.” (HR. Ibnu Majah).

 

JADI, akhlak adalah kunci untuk meraih surga pada tempat tertinggi. Kendati bisa dipelajari dan dibiasakan, namun akhlak tidak bisa dibuat-buat. Akhlak adalah perilaku jiwa yang mendorong raga untuk melakukan kebaikan tanpa melibatkan pikiran terlebih dahulu.

 

INILAH wajah agama yang hanif, yang benar. Agama itu  dipenuhi oleh nasihat, baik dalam perkataan, perbuatan, termasuk dalam diam.

 

BERKALI-KALI Nabi Muhammad SAW mewanti-wanti, “Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat.”  (HR. Muslim).

 

TERKAIT pahala mengalah yang berhadiah surga, tidak hanya berkaitan dengan perdebatan seperti yang diuraikan di atas, tapi juga dalam kehidupan berumah tangga. Perbedaan pendapat yang tipis kerap jadi meruncing antara suami dan isteri apabila tidak ada yang mau mengalah.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, "Maukah kalian aku beritahu tentang isteri-isteri kalian yang termasuk ahli surga?”

INILAH jawaban Nabi Muhammad SAW, “Mereka yang besar kasih sayangnya, subur (banyak anak), mudah minta maaf kepada suaminya, yang apabila bersalah atau disakiti dia segera mendatangi suaminya dan memegang tangannya seraya berkata, ‘Demi Allah aku tidak akan memejamkan mata hingga kamu ridha (memaafkan aku).” (HR. Nasa’i).

DI pihak lain, sang suami juga harus bersedia mengalah. Allah memberi nasihat, “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, jika kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. al-Nisa: 19).

APALAGI dalam hal ini,  tugas suami adalah memelihara anak dan isterinya dari api neraka sebagaimana firman Allah SWT, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. Al-Tahrim: 6).

YANG  pasti, keduanya (antara suami dan istri), adalah  saling membutuhkan, "Mereka (para isteri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187)

 

Allahuma ahyini miskinan, wa amitni miskinan, wahsyurni fi zumratil masakin. “Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu dan rendah hati dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu dan rendah hati dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyuk danj rendah hati.” (HR Tirmidzi)

Selasa, 24 November 2020

KETIKA MANUSIA TERLENA OLEH NIKMAT DARI ALLAH

 

8 Rabii'ul Akhir 1442 H/ 24 Nopember 2020

 

KETIKA MANUSIA TERLENA OLEH NIKMAT DARI ALLAH

 

"GUNAKANLAH lima masa (kesempatan) sebelum tiba lima masa (kesempitan). Masa mudamu sebelum tuamu. Masa sehatmu sebelum sakitmu. Masa kayamu sebelum fakirmu. Masa luangmu sebelum sibukmu. Masa hidupmu sebelum kematianmu." (HR. Al Hakim)

 

SUATU ketika, Rasulullah SAW memberi petuah soal hakikat dan pentingnya waktu atau masa. Hadis yang diriwayatkan Imam al-Hakim tersebut sangat masyhur di kalangan umat Islam.

 

MESKI begitu, hanya sedikit yang menjaganya dengan baik. Rasulullah SAW melalui hadis tersebut hendak mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu ada masanya dan akan berakhir pada saatnya.

 

ARTINYA,  segala sesuatu itu  tidak ada yang abadi di dunia ini. Kenapa bisa demikian itu? Karena semua akan berakhir seiring dengan bergantinya waktu.

 

KELIMA nikmat tersebut (sebagaimana hadis di atas) sering melalaikan manusia. Padahal, semua  itu akan sirna.

 

MASA muda, sehat, kaya, luang, dan hidup adalah kesempatan yang mesti dimanfaatkan untuk beramal kebajikan. Sebab, kesempatan ini suatu saat akan berubah menjadi kesempitan, yakni tua, sakit, fakir, sibuk, hingga kematian.

 

TIDAK selamanya kita muda, sehat, kaya, luang, apalagi hidup. Siapa yang pandai menggunakan kelima nikmat tersebut akan beruntung.

 

BEGITU pula sebaliknya. Bagi yang melalaikan kelima nikmat tersebut pasti merugi dan menyesali.  Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam Alquran, Surah  Al Ashr ayat 1-3  di bawah ini.

 

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kerugian. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”

 

MASA atau waktu adalah modal utama manusia. Apabila    waktu tersebut tidak diisi dengan aneka kegiatan, maka waktu akan berlalu.

KETIKA waktu berlalu begitu saja, jangankan keuntungan yang diperoleh. Modal pun telah hilang. 

REZEKI yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan perolehannya lebih banyak di hari esok. Akan tetapi, waktu yang berlalu hari ini, tidak mungkin kembali lagi hari esok.

MESKIPUN  begitu, kebanyakan manusia tidak menggunakan waktu tersebut dengan baik. Setelah tua, baru belajar mengaji dalam kepayahan.

SETELAH sibuk, baru mau membersamai anak-anak belajar. Setelah fakir, baru mau berbicara sedekah.

 

RASULULLAH SAW bersabda, “Ada dua nikmat yang paling sering diabaikan atau melenakan kebanyakan manusia dari ketaatan kepada Allah, yakni sehat dan sempat atau luang.” (HR Bukhari).

 

MENGAPA nikmat sehat dan nikmat  sempat sering membuat manusia terlena? Sebab, watak manusia itu cepat lupa akan kebaikan yang diperolehnya.

APABILA dalam keadaan sakit dan sulit, seseorang itu rajin mengiba dan memohon pertolongan kepada Allah. Namun, setelah lepas dari penderitaan, ia lupa seakan tak pernah meminta.

DALAM hal ini, manusia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok manusia.

 

Pertama, orang yang sehat dan sempat berbuat baik.

Kedua, orang yang sehat, tetapi tidak sempat berbuat baik.

Ketiga, orang yang tidak sehat, tapi sempat berbuat baik.

Keempat, orang yang tidak sehat dan tidak sempat berbuat baik.

 

LALU, kita termasuk kelompok manusia  yang mana? Selagi sehat dan sempat maka bersegeralah mengisi sisa umur dengan ketaatan agar meraih husnul khatimah.

JANGAN  sampai larut dalam kemaksiatan hingga ajal tiba karena akan termasuk su`ul khatimah. na'udzubillahi min  dzalik.

 

Ya Allah, Tuhan kami. Kami mohon agar kiranya Engkau ridho menganugerahkan keselamatan, rahmat, berkah, kesehatan, umur panjang, rezeki halal, ilmu yang bermanfaat, dan kemudahan menghadapi aneka persoalan hidup kepada kami dan kepada Saudaraku.

Senin, 23 November 2020

ALLAH MEMBERIKAN REZEKI KEPADA HAMBA-NYA

 

7 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 23 Nopember 2020.

 

ALLAH MEMBERIKAN REZEKI KEPADA HAMBA-NYA

 

RASULULLAH  SAW bersabda,  “Andaikata kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung, yaitu keluar dengan perut kosong di pagi hari dan kembali dengan perut kenyang di sore hari.”(HR Tirmidzi).

 

HADIS di atas mengingatkan kita akan pentingnya sikap tawakal. Dengan tawakal, hidup kita akan dihiasi dengan ketenangan dan jauh dari rasa cemas.

 

TIDAK sedikit manusia yang hari-harinya dipenuhi oleh rasa khawatir terhadap rezeki. Manusia takut kebutuhannya tak terpenuhi.

 

MEMANG, sepanjang kehidupannya, kebutuhan dan keinginan manusia tidak akan ada habisnya. Tugas manusia hanyalah berusaha dan berdoa semaksimal mungkin.

 

ALLAHLAH yang berkuasa dan berkehendak. Allahlah yang mencukupkan semua kebutuhan manusia.

 

HENDAKNYA diketahui  bahwa hidup akan tenang saat yakin bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Kita akan terhindar dari rasa iri melihat rezeki orang lain.

 

KITA senantiasa bersyukur dengan apa yang kita punyai. Kita tidak khawatir dengan sedikit atau banyak rezeki yang kita diperoleh.

 

KITA merasa cukup dengan  apa yang ada. Kita pun selalu berusaha untuk memperoleh rezeki yang baik dan halal.

 

SUNGGUH, rezeki setiap orang tidak akan pernah tertukar. Tidak elok menyimpan kebencian hanya karena rezeki kita tidak sama dengan rezeki orang lain.

 

BUANGLAH jauh-jauh kedengkian. Sebab, hal itu hanya akan mendatangkan kesengsaraan bagi kita.

 

"Allah Maha  Lembut terhadap hamba-hamba-Nya. Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan Dia Maha Kuat, Maha Perkasa."  (QS Asy-Syura: 19).

 

JANGANLAH bersedih saat rezeki kita terasa sempit. Sebab,  sejatinya Allah telah menjamin rezeki kita.

 

KETIKA Allah telah menghendaki, tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi rezeki itu datang. Sebab, tidak ada sesuatu pun yang kita dapatkan, kecuali atas izin-Nya.

 

BERKAITAN dengan hal itu, Allah  berfirman, “Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya.Tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”   (QS Fatir: 2).

 

JANGANLAH kita takut dan cemas hanya karena urusan rezeki. Fokuskanlah setiap aktivitas kita hanya demi mendapat ridha Allah. Dengan begitu, Allah akan mencukupkan rezeki kita.

 

MASALAH rezeki, Allah telah mengingatkan kepada kita, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”  (QS Ath-Thalaq: 2-3).

 

OLEH karena itu, wajib bagi kita untuk selalu mensyukuri setiap rezeki yang diberikan oleh Allah.  Ridha pada ketetapan-Nya, dan senantiasa berprasangka baik terhadap-Nya.

 

SEBAB, segala sesuatu yang ditetapkan Allah untuk kita adalah merupakan yang terbaik bagi kita. Ingatlah, jangan sampai kesibukan mengurus rezeki, melalaikan kita dari mengingat  Allah.

 

Alhamdu lillaahil ladzii razaqanii haadzaa min ghairi haulin minnii walaa quwwatin . Allaahumma baarik lii fiihi. “Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan aku rezeki ini, tanpa daya dan kekuatan dariku . Wahai Allah, limpahkanlah aku7 keberkahan di dalamnya.”

 

Minggu, 22 November 2020

MEMBUDAYAKAN BANGUN PAGI UNTUK MERAIH KEBERKAHAN

 



6 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 22 Nopember 2020

 

MEMBUDAYAKAN  BANGUN PAGI UNTUK MERAIH KEBERKAHAN

 

BANGUN PAGI dalam keluarga harus menjadi budaya, di samping sebagai ajaran agama. Seorang ayah, harus mampu membangunkan anaknya untuk salat subuh. Antara suami dan isteri pun harus saling berpesan untuk saling membangunkan apabila ada anggota keluarga  yang bangun kesiangan. Insyaallah keluarga yang begitu akan mendapat keberkahan.

 

PAGI  hari adalah masa awal sebuah hari. Bagi orang Indonesia, waktu pagi terbentang mulai tengah malam hingga matahari terbit. Dalam agama, waktu pagi identik dengan waktu subuh.

 

PERIHAL bangun pagi, Nabi Muhmmad SAW memberi informasi seperti yang berikut ini.

 

“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang di antara kalian pada saat tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, ‘Malam masih panjang, tidurlah!’"

“Jika ia bangun, lalu berzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian, jika ia berwudhu, lepaslah lagi satu ikatan.“

“Kemudian, jika ia mengerjakan salat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari ia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, ia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

BERDASARKAN hadis tersebut, terkandung keutamaan bangun pagi. Di bawah ini adalah  keutamaan bangun bagi bagi seseorang yang bisa menjalaninya.

1.      Terlepas dari belenggu setan.

2.      Merasa semangat dan bergembira.

 

SEMENTARA itu, bagi orang yang meneruskan tidurnya, dia tidak akan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, dia akan mendapatkan kerugian, yaitu seperti yang berikut ini.

1.      Dia akan suram mukanya dan tidak bergairah.

2.      Dia tidak salat subuh. Padahal salat subuh disaksikan oleh para malaikat. Allah  berfirman, “Dan dirikanlah salat subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh para malaikat)."  (QS. Al-Isra’: 78).

 

MALAIKAT yang menyaksikan hamba-hamba Allah yang sedang menunikan salat subuh sangat banyak. Mereka itu adalah para malaikat yang berjaga pada malam hari dan para malaikat yang berjaga pada siang hari.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, “Para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul di waktu subuh.”  (HR. Bukhari dan Muslim).

 

DI dalam keluarga, bangun pagi harus menjadi budaya, di samping sebagai ajaran agama. Seorang ayah harus mampu membangunkan anaknya untuk mengerjakan salat subuh.

 

DI antara suami   dan isteri pun harus saling berpesan untuk saling membangunkan  apabila ada anggota keluarga  yang bangun kesiangan. Insyaallah keluarga yang bangun pagi akan mendapat pahala dan keberkahan.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda ketika membangunkan Fatimah, puteri kesayangan beliau, ”Wahai anakku. Bangunlah. Songsonglah rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk pribadi  yang lalai. Sebab, Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya di antara terbit fajar dengan terbit matahari.”  (HR. Ahmad dan Baihaki). Inilah pahala bangun pagi, beroleh rezeki.

 

SELANJUTNYA, orang yang bangun pagi pun akan didoakan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini termaktub di dalam hadis  yang berikut ini.

NABI MUHAMMAD  SAW bersabda, “Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi hari (bangun fajar).” (HR. Ahmad. Inilah keberkahan bangun pagi.

 

DARI semua informasi di atas, maka dapat dimengerti bahwa bangun pagi menjadi penanda waktu dimulainya semua kebaikan. Sementara itu,  pada setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba Allah ada pahala tersendiri yang dijanjikan oleh Allah.

 

YANG dijanjikan oleh Allah itu pasti akan diberikan. Allah  tegaskan, “Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS. Ali Imran: 9).

 

Allaahumma innii as-aluka ‘ilmaan naafi’an, warizqan thayyiban, wa’amalan mutaqabbalan.  “Ya Allah. Sungguh,  aku minta kepada-Mu ilmu ilmu yang manfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah)

Sabtu, 21 November 2020

SEDIKIT CUKUP, BANYAK KURANG

 


5 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 21 Nopember 2020

 

SEDIKIT CUKUP, BANYAK KURANG

 

RASULULLAH SAW  memberi nasihat agar  pengikutnya senantiasa mencari keberkahan dan kecukupan rezeki walaupun sedikit, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan diberikan oleh Allah sikap kanaah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya." (HR.Tirmidzi)

 

MENGAPA demikian itu? Karena,  ada perbedaan antara banyak dan cukup.

 

BANYAK adalah jumlah harta yang kita peroleh. Sementara itu,  cukup adalah penerimaan hati kita terhadap jumlah yang kita peroleh.

 

ORANG yang memiliki keinginan untuk  memiliki banyak harta, kepuasan yang benar-benar puas tidak akan pernah tercapai. Kenapa? Karena, sesudah dia mencapai jumlah tertentu, langsung akan muncul target atau keinginan baru lagi.

 

HAL itu berbeda dengan mereka yang merasa cukup. Rasa cukup akan muncul karena hatinya dapat menikmati apa yang dia peroleh berapa pun jumlahnya.

 

DI situ ada rasa syukur di hatinya. Hatinya adalah hati yang kaya, akan menjadi  qanaah, nerimo ing pandum, sumeleh, tidak  rakus harta.

 

DIA tidak melihat ke atas,  tetapi  melihat ke bawah. Dia melihat mereka yang dari sisi harta tidak sebaik dirinya. Ternyata, masih ada orang yang hidup tunawisma karena tidak memiliki tempat bernaung.

 

ALLAH  sudah menetapkan rezeki kita sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Lantas, bagaimana ketika kita merasa kurang dengan rezeki yang kita dapat tersebut?

 

SEJATINYA hal itu  bukan karena rezeki dari Allah yang tidak mencukupi. Akan  tetapi,  hal itu disebabkan  oleh  rasa bersyukur kita  kepada Allah  yang masih kurang di hati.

SEBAB, saat hati sudah didahului oleh syukur, sebelum otak mengingini yang lebih banyak,  maka sudah tentu kita akan selalu merasa cukup. Kita merasa cukup walau rezeki kita itu terbilang kecil.

 

ALLAH berfirman, "Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi,  Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.” (QS. Asy-syura  ayat 27).

 

REZEKI baik itu bukan hidup kaya berlimpah harta. Akan tetapi, rezeki baik itu ada  pada hidup sederhana yang berlimpah manfaat.

 

KESEDERHANAAN itu bukan terletak  pada hidup  tidak boleh kaya. Akan tetapi, kesederhanaan itu  terletak pada cara pembawaan kita dalam meyikapi hidup

 

BAGAIMANA kita membawa diri, banyak orang yang sombong karena merasa lebih kaya dibanding orang lain. Ingat bagaimana iblis terlempar dari surga yang nyaman dan enak?

 

HAL itu disebebkan oleh kesombong iblis. Yakni, iblis merasa dirinya lebih mulia daripada Adam, manusia yang diciptakan dari tanah.

 

BEGITU mahal harga kesombongan yang harus dibayar iblis. Kesombongan yang memenuhi dadanya harus dibayar dengan perubahan kenyamanan hidup dirinya dan anak cucunya. Bukan hanya terlempar dari surga, tapi juga kepastian jadi penghuni neraka laknat selamanya.

 

RASULULLAH SAW  memberi nasihat agar  manusia senantiasa mencari keberkahan dan kecukupan walau sedikit. Hal itu sesuai dengan sabda beliau  di bawah ini.

“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya.” (HR. Tirmidzi)

BETAPA  tidak sedikit manusia yang hartanya banyak, namun hatinya miskin. Dengan demikian, mereka selalu merasa kekurangan. Pun pula,  betapa banyak manusia  yang fakir, tetapi hatinya kaya dan memiliki sikap qanaah merasa kaya dan tidak berkurangan?

Allahummakfinii bihalaalika ‘anharaamika, Wa aghninii bifadhlika ‘amman siwaaka.". Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal,  sehingga aku tidak memerlukan yang haram,  dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu. (HR. At-Tirmidzi  dan. Ahmad)

Jumat, 20 November 2020

DISIPLIN TERHADAP WAKTU

 


4 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 20 Nopember 2020

 

DISIPLIN TERHADAP  WAKTU

 

"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari (pada waktu) mereka saling berkenalan." (QS Yunus: 45).

 

AGAMA (Islam) sangat menghargai waktu. Kenapa  waktu dihargai?  Karena waktu adalah sangat bernilai.

 

DALAM Alquran, Allah  bersumpah dengan waktu. Misalnya, dalam Surah Al-‘Ashr ayat 1-3  disebutkan: "Wal ‘ashr, inna al-insân la fî khusr, illallazîna âmanû, wa ‘amilû al-shâlihât, wa tawâshau bi al-haqq, wa tawâshau bi al-shabr."

 

ARTINYA,  “Demi masa (waktu). Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih (mengerjakan kebajikan), saling berwasiat dengan kebenaran, dan saling berwasiat dengan kesabaran.”

 

AYAT di atas menunjukkan bahwa masa hidup di dunia terasa sangat singkat. Waktu adalah karunia dari Allah yang diberikan kepada semua orang tanpa kecuali.

 

ITULAH sebabnya, jangan sampai kita lalai terhadap waktu dan tidak menghargainya sehingga berlalu tanpa arti. Waktu harus disyukuri dengan cara dimanfaatkan sebaik-baiknya sesuai dengan komitmen kita dan tujuan penciptaan kita oleh Allah.

 

BEBERAPA surah dalam Alquran pun  diawali Allah  dengan bersumpah menggunakan berbagai macam waktu. Demi waktu fajar (QS Al-Fajr  ayat 1), demi waktu malam  (QS Al-Lail ayat 1), demi waktu dhuha (QS Adh-Dhuha  ayat 1), demi masa (QS Al-Ashr  ayat 1).

 

HAL tersebut menunjukkan bahwa waktu adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Dengan demikian,  kita tidak akan membiarkan waktu berlalu tanpa dimanfaatkan dengan baik untuk melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah.

 

PADAHAL, Allah telah banyak memberikan nikmat kepada kita. Inilah prinsip yang harus dipegang untuk mengelola waktu yang merupakan karunia nikmat-Nya.

 

"Sesungguhnya salat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."  (QS An-Nisa' :103).

 

DALAM kaitannya dengan hal tersebut, Rasulullah SAW pernah ditanya, "Amalan apa yang paling afdal?"

 

BELIAU  pun menjawab, "Salat di awal waktunya." (HR Abu Daud).

 

AGAMA mengajarkan kepada kita untuk disiplin terhadap waktu dengan membiasakan diri untuk salat pada awal waktu, tidak menunda-nunda. Kita hendaknya mengamalkan disiplin terhadap waktu dalam hidup sehari-hari.

 

RASULULLAH SAW bersabda, "Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu kefakiranmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR Hakim).

 

DENGAN memperhatikan hadis di atas, kita menyadari bahwa nikmat tersebut sewaktu-waktu bisa diambil oleh Allah. Dengan demikian,  kita harus memanfaatkan waktu  sebaik-baiknya secara benar di jalan yang diridhai Allah sebelum datang waktu berubahnya nikmat tersebut.

 

Allahumma waffiqna li tha’atika, wa atmim taqshirana, wa taqabbal minna, innaka antas sami’ul ‘alim. Wa shallallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘alihi wa shahbihi wa sallam.  Ya Allah, bimbinglah jalan kami pada jalan ketaatan kepada-Mu, sempurnakanlah kekurangan kami, terimalah ibadah kami. Sungguh, Engkau Maha Mendengar lagi Mengetahui. Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

 

Kamis, 19 November 2020

KISAH DOA YANG DIIJABAH


 

3 Rabi'ul Akhir 1442 H/19 Nopember 2020

 

KISAH DOA YANG DIIJABAH       

 

 ALKISAH. Pada suatu hari, umat Nabi Isa AS ditimpa musibah kekeringan. Kemudian, Nabi Isa AS mengajak  masyarakat untuk memohon kepada Allah agar Allah berkenan menurunkan hujan. Caranya dengan melaksanakan salat istisqa’ (salat

meminta hujan)

 

NAMUN demikian, kemudian  Allah memberikan wahyu kepada Nabi Isa AS untuk tidak melaksanakan salat Istisqa’. Pasalnya, di antara kaum/masyarakat Nabi Isa  AS masih banyak yang memiliki dosa.

 

NABI ISA  AS pun menginformasikan hal itu  kepada masyarakatnya. Informasi tersebut menerangkan  bahwa siapa saja yang merasa pernah melakukan kesalahan dan dosa untuk segera menyingkir dan tidak ikut salat.

 

TERNYATA, usai Nabi Isa AS  memberikan wejangan itu, semua orang menyingkir. Hanya ada seorang pemuda yang tak memiliki mata sebelah kanan yang tidak menyingkir.

 

NABI ISA AS  pun bertanya, “Wahai pemuda. Mengapa kamu tidak ikut menyingkir?”

 

“Wahai Nabi Isa AS.  Aku tidak pernah melakukan dosa kepada Allah. Dahulu, secara tidak sengaja, pernah aku melihat telapak kaki seorang perempuan dengan mata kananku ini. Aku pun kemudian mencungkilnya,” jawab pemuda itu.

 

PEMUDA itu menambahkan, “Bahkan seandainya aku juga melihat kaki perempuan itu dengan mata kiriku, aku pasti akan juga mencungkilnya.”

 

MENDENGAR kisah si pemuda, Nabi Isa AS menangis. Sampai jenggot Nabi ISA AS  terbasahi oleh air mata.

 

NABI ISA AS lantas memohon kepada si pemuda itu untuk berdoa agar Allah berkenan menurunkan hujan. Nabi Isa AS menganggap bahwa si pemuda itu lebih berhak untuk berdoa kepada Allah.

 

NABI ISA AS mengatakan,  “Aku memang terjaga ( makshum) oleh wahyu dan engkau tidak. Namun, engkau tidak memiliki dosa."

 

SI pemuda pun mengiyakan permintaan Nabi Isa AS. Pemuda itu lantas  berdoa kepada Allah, “Ya Allah, meski Engkau telah mengetahui apa yang akan kami lakukan, Engkau tetap menciptakan kami. Bahkan Engkau menangggung rezeki kami. Sekarang, kami mohon, Engkau sudi untuk menurunkan hujan kepada Kami!”

 

SEKETIKA, sebelum pemuda itu selesai berdoa, hujan sudah turun dengan derasnya. Akhirnya, semua orang pun bisa meminum air hujan itu.

 

PADA kisah di atas  terkandung hikmah.Yakni  yang berikut ini.

 

1.    Dosa akan membuat seseorang terhalang doanya.

2.    Dosa akan membuat manusia menjadi sengsara, tidak saja di akhirat kelak (dengan masuk neraka), namun juga di dunia, yakni dengan banyaknya kesusahan yang  dialaminya.

 

BANYAK faktor yang menyebabkan doa yang  dipanjatkan oleh seseorang tidak terkabul. Salah satunya adalah karena dosa-dosa yang  dilakukan oleh orang tersebut.

 

ALLAH berfirman,  “Maka, aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu! Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'”  (QS. Nuh: 10-12).

 

"Tiada ada Tuhan selain Allah yang Maha Penyantun dan Pemurah. Maha Suci Allah Tuhan pemelihara arsy yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mulah aku memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu, dan memperoleh keuntungan pada tiap-tiap dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa dari pada diriku, melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu kepentingan melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan yang paling Pengasih dan Penyayang."