5 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 21 Nopember 2020
SEDIKIT CUKUP, BANYAK KURANG
RASULULLAH SAW memberi
nasihat agar pengikutnya senantiasa
mencari keberkahan dan kecukupan rezeki walaupun sedikit, "Sungguh
beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan diberikan oleh
Allah sikap kanaah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya." (HR.Tirmidzi)
MENGAPA demikian itu? Karena,
ada perbedaan antara banyak dan cukup.
BANYAK adalah jumlah harta yang kita peroleh. Sementara itu, cukup adalah penerimaan hati kita terhadap
jumlah yang kita peroleh.
ORANG yang memiliki keinginan untuk memiliki banyak harta, kepuasan yang
benar-benar puas tidak akan pernah tercapai. Kenapa? Karena, sesudah dia
mencapai jumlah tertentu, langsung akan muncul target atau keinginan baru lagi.
HAL itu berbeda dengan mereka yang merasa cukup. Rasa cukup akan
muncul karena hatinya dapat menikmati apa yang dia peroleh berapa pun
jumlahnya.
DI situ ada rasa syukur di hatinya. Hatinya adalah hati yang kaya,
akan menjadi qanaah, nerimo ing pandum,
sumeleh, tidak rakus harta.
DIA tidak melihat ke atas,
tetapi melihat ke bawah. Dia
melihat mereka yang dari sisi harta tidak sebaik dirinya. Ternyata, masih ada
orang yang hidup tunawisma karena tidak memiliki tempat bernaung.
ALLAH sudah menetapkan
rezeki kita sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Lantas, bagaimana
ketika kita merasa kurang dengan rezeki yang kita dapat tersebut?
SEJATINYA hal itu bukan
karena rezeki dari Allah yang tidak mencukupi. Akan tetapi,
hal itu disebabkan oleh rasa bersyukur kita kepada Allah
yang masih kurang di hati.
SEBAB, saat hati sudah didahului oleh syukur, sebelum otak
mengingini yang lebih banyak, maka sudah
tentu kita akan selalu merasa cukup. Kita merasa cukup walau rezeki kita itu
terbilang kecil.
ALLAH berfirman, "Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki
kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi.
Akan tetapi, Dia menurunkan dengan
ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan)
hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.” (QS. Asy-syura
ayat 27).
REZEKI baik itu bukan hidup kaya berlimpah harta. Akan tetapi,
rezeki baik itu ada pada hidup sederhana
yang berlimpah manfaat.
KESEDERHANAAN itu bukan terletak
pada hidup tidak boleh kaya. Akan
tetapi, kesederhanaan itu terletak pada
cara pembawaan kita dalam meyikapi hidup
BAGAIMANA kita membawa diri, banyak orang yang sombong karena
merasa lebih kaya dibanding orang lain. Ingat bagaimana iblis terlempar dari
surga yang nyaman dan enak?
HAL itu disebebkan oleh kesombong iblis. Yakni, iblis merasa
dirinya lebih mulia daripada Adam, manusia yang diciptakan dari tanah.
BEGITU mahal harga kesombongan yang harus dibayar iblis.
Kesombongan yang memenuhi dadanya harus dibayar dengan perubahan kenyamanan
hidup dirinya dan anak cucunya. Bukan hanya terlempar dari surga, tapi juga
kepastian jadi penghuni neraka laknat selamanya.
RASULULLAH SAW memberi
nasihat agar manusia senantiasa mencari
keberkahan dan kecukupan walau sedikit. Hal itu sesuai dengan sabda beliau di bawah ini.
“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang
cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya.”
(HR. Tirmidzi)
BETAPA tidak sedikit
manusia yang hartanya banyak, namun hatinya miskin. Dengan demikian, mereka
selalu merasa kekurangan. Pun pula,
betapa banyak manusia yang fakir,
tetapi hatinya kaya dan memiliki sikap qanaah merasa kaya dan tidak
berkurangan?
Allahummakfinii bihalaalika ‘anharaamika, Wa aghninii bifadhlika
‘amman siwaaka.". Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang
halal, sehingga aku tidak memerlukan
yang haram, dan berilah aku kekayaan
dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain
diri-Mu. (HR. At-Tirmidzi dan. Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar