Cari Blog Ini

Jumat, 27 November 2020

BEROBAT SEBAGAI BENTUK TAWAKAL YANG BERBUAH KESEMBUHAN

 11 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 27 Nopember 2020

BEROBAT SEBAGAI BENTUK TAWAKAL YANG BERBUAH KESEMBUHAN

 

GANJARAN atau pahala berobat  adalah kesembuhan dari  Allah. Firman-Nya, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Al-Syu’ara: 80). Berobat sejatinya hanyalah ikhtiar. Yang menyembuhkan bukanlah obat, melainkan Allah. Penyakit itu sendiri hanyalah makhluk yang tidak lebih digdaya ketimbang  kita.

 

OLEH karena itu, Nabi Muhammad SAW berseru, “Maka, berobatlah kalian, dan jangan kalian berobat dengan yang haram!” ) (HR. Abu Daud).

 

DI antara yang haram misalnya khamar. Nabi Muhammad SAW memberi informasi, “Khamar itu bukanlah obat, namun ia adalah penyakit.”  (HR. Muslim). Berobat bisa dengan madu yang rasanya manis, lezat, dan halal.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan dua obat, yaitu madu dan Alquran." (HR. Ibnu Majah).

 

MADU adalah obat untuk fisik, sedangkan Alquran adalah obat bagi yang sakit fisik dan juga psikis. Allah berfirman, “Dan Kami turunkan dari Alquran  suatu yang menjadi penawar.”  (QS. al-Isra’: 82).

 

TERKAIT berobat dengan madu, diceritakan bahwa ada seseorang mengadu  kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saudaraku terkena diare."

 

RASULULLAH SAW memberi solusi, “Minumkanlah madu kepadanya.”  Orang itu pun kemudian meminumkan madu kepada saudaranya.

 

AKAN tetapi, orang itu  kemudian datang lagi kepada Nabi Muhammad SAW dan mengadu untuk kedua kalinya, “Wahai Rasulullah, aku sudah meminumkan madu kepadanya, tetapi diarenya malah semakin parah."

 

Nabi  Muhammad SAW kembali memberi saran, “Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya." Orang tersebut kemudian meminumkan madu lagi kepada saudaranya itu.

 

NAMUN,  orang itu datang lagi, “Wahai Rasulullah, minum madu malah membuat diarenya kian parah.”

 

RASULULLAH SAW menimpali,  “Mahabenar Allah dan telah berdusta perut saudaramu. Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya.” 

 

ORANG itu lalu pergi. Ia meminumkan madu kepada saudaranya. Tidak lama  saudaranya itu akhirnya sembuh. (HR. Bukhari)

 

BEROBAT selain sebagai ikhtiar, termasuk juga bagian dari tawakal. Bagi orang sakit,  ikhtiar adalah berobat dengan sungguh-sungguh agar bisa sembuh.

 

SEMENTARA itu, tawakal adalah menyerahkan kesembuhannya kepada Allah  setelah berobat secara tepat kepada ahlinya. Gampangnya, tawakal adalah kelanjutan dari ikhtiar.

 

ALLAH  berfirman, "Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”  (QS. Ali Imran: 159). Insyaallah orang yang berobat adalah orang yang bertawakal kepada Allah sehingga beroleh ganjaran yang berupa kesembuhan.

NAMUN, tampaknya orang yang sakit tidak cukup hanya berobat sebagai bentuk ikhtiar dan tawakal kepada Allah. Ia pun  juga harus bersabar.

BERSABAR ketika seseorang sedang sakit merupakan sikap moral yang menghantarkan seseorang kepada surga. Bersabar dalam konteks ini adalah bersabar dalam merasakan rasa sakit yang diujikan oleh Allah.

SELAIN berobat agar sembuh, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan doa ini, “Ya Allah, Tuhan seluruh manusia. Hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah. Engkaulah al-Syaafi (Zat Yang Maha Menyembuhkan). Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.” (HR. Bukhari  dan Muslim )

 

Allahumma rabbanasi adzhibil ba’sa wasy fihu. Wa antas syaafi, laa syifaa-a illa syifaauka, syifaa-an laa yughadiru saqamaa.  "Ya Allah, Tuhan manusia. Hilangkanlah rasa sakit ini dan berilah kesembuhan. Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain." (HR Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar