Cari Blog Ini

Selasa, 01 Desember 2020

KETIKA LEMAH LEMBUT SEBAGAI RAHMAT DARI ALLAH

 

KETIKA LEMAH LEMBUT SEBAGAI RAHMAT DARI ALLAH

 

FITRAH manusia cenderung pada kebaikan dan mencintai kelembutan (kelemahlembutan). Akan tetapi, karena ego, hawa nafsu atau kepentingan sesaat, banyak manusia yang kemudian berubah menjadi orang kasar, beringas, dan kejam. Oleh karena kelemahlembutan adalah rahmat dari Allah, maka  sudah saatnya kita menjadi muslim yang  berkakater lemah lembut.

 

PADAHAL, ego, hawa nafsu, dan sifat mengutamakan kepentingan sesaat sama sekali tidak memberikan manfaat. Jadi wajar jika manusia yang kasar, beringas, dan kejam tidak akan mendapat ridha dari Allah  sebab Allah tidak mencintai kecuali kelembutan.

Sabtu, 28 November 2020

KEKAGUMAN RASULULLAH SAW KEPADA ORANG YANG SATU INI

 

12 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 28 Nopember 2020

 

KEKAGUMAN RASULULLAH SAW KEPADA ORANG YANG SATU INI

 

RASULULLAH SAW  mengagumi orang mukmin. Sebab, jika memperoleh kebaikan,  orang mukmin memuji Allah dan bersyukur. Apabila ditimpa  musibah,  orang mukmin bersabar. Itulah sebabnya, orang mukmin diberi pahala dari Allah  dalam segala hal.

Jumat, 27 November 2020

BEROBAT SEBAGAI BENTUK TAWAKAL YANG BERBUAH KESEMBUHAN

 11 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 27 Nopember 2020

BEROBAT SEBAGAI BENTUK TAWAKAL YANG BERBUAH KESEMBUHAN

 

GANJARAN atau pahala berobat  adalah kesembuhan dari  Allah. Firman-Nya, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Al-Syu’ara: 80). Berobat sejatinya hanyalah ikhtiar. Yang menyembuhkan bukanlah obat, melainkan Allah. Penyakit itu sendiri hanyalah makhluk yang tidak lebih digdaya ketimbang  kita.

 

OLEH karena itu, Nabi Muhammad SAW berseru, “Maka, berobatlah kalian, dan jangan kalian berobat dengan yang haram!” ) (HR. Abu Daud).

 

DI antara yang haram misalnya khamar. Nabi Muhammad SAW memberi informasi, “Khamar itu bukanlah obat, namun ia adalah penyakit.”  (HR. Muslim). Berobat bisa dengan madu yang rasanya manis, lezat, dan halal.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan dua obat, yaitu madu dan Alquran." (HR. Ibnu Majah).

 

MADU adalah obat untuk fisik, sedangkan Alquran adalah obat bagi yang sakit fisik dan juga psikis. Allah berfirman, “Dan Kami turunkan dari Alquran  suatu yang menjadi penawar.”  (QS. al-Isra’: 82).

 

TERKAIT berobat dengan madu, diceritakan bahwa ada seseorang mengadu  kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saudaraku terkena diare."

 

RASULULLAH SAW memberi solusi, “Minumkanlah madu kepadanya.”  Orang itu pun kemudian meminumkan madu kepada saudaranya.

 

AKAN tetapi, orang itu  kemudian datang lagi kepada Nabi Muhammad SAW dan mengadu untuk kedua kalinya, “Wahai Rasulullah, aku sudah meminumkan madu kepadanya, tetapi diarenya malah semakin parah."

 

Nabi  Muhammad SAW kembali memberi saran, “Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya." Orang tersebut kemudian meminumkan madu lagi kepada saudaranya itu.

 

NAMUN,  orang itu datang lagi, “Wahai Rasulullah, minum madu malah membuat diarenya kian parah.”

 

RASULULLAH SAW menimpali,  “Mahabenar Allah dan telah berdusta perut saudaramu. Pergilah dan minumkanlah madu kepadanya.” 

 

ORANG itu lalu pergi. Ia meminumkan madu kepada saudaranya. Tidak lama  saudaranya itu akhirnya sembuh. (HR. Bukhari)

 

BEROBAT selain sebagai ikhtiar, termasuk juga bagian dari tawakal. Bagi orang sakit,  ikhtiar adalah berobat dengan sungguh-sungguh agar bisa sembuh.

 

SEMENTARA itu, tawakal adalah menyerahkan kesembuhannya kepada Allah  setelah berobat secara tepat kepada ahlinya. Gampangnya, tawakal adalah kelanjutan dari ikhtiar.

 

ALLAH  berfirman, "Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”  (QS. Ali Imran: 159). Insyaallah orang yang berobat adalah orang yang bertawakal kepada Allah sehingga beroleh ganjaran yang berupa kesembuhan.

NAMUN, tampaknya orang yang sakit tidak cukup hanya berobat sebagai bentuk ikhtiar dan tawakal kepada Allah. Ia pun  juga harus bersabar.

BERSABAR ketika seseorang sedang sakit merupakan sikap moral yang menghantarkan seseorang kepada surga. Bersabar dalam konteks ini adalah bersabar dalam merasakan rasa sakit yang diujikan oleh Allah.

SELAIN berobat agar sembuh, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan doa ini, “Ya Allah, Tuhan seluruh manusia. Hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah. Engkaulah al-Syaafi (Zat Yang Maha Menyembuhkan). Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.” (HR. Bukhari  dan Muslim )

 

Allahumma rabbanasi adzhibil ba’sa wasy fihu. Wa antas syaafi, laa syifaa-a illa syifaauka, syifaa-an laa yughadiru saqamaa.  "Ya Allah, Tuhan manusia. Hilangkanlah rasa sakit ini dan berilah kesembuhan. Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain." (HR Bukhari dan Muslim)

Rabu, 25 November 2020

MENGALAH BERBUAH SURGA

 

9 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 25 Nopember 2020.

 

MENGALAH  BERBUAH  SURGA

 

MENGALAH bukan berarti kalah. Mengalah adalah kemenangan bagi jiwa yang berkualitas tinggi. Seorang yang mengalah disiapkan rumah di surga.  "Barangsiapa yang mengalah dalam satu pertengkaran dan memang ia salah,  akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada bagian bawah surga. Barangsiapa yang mengalah padahal dia benar,  akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada bagian tengah surga.” (HR. Ibnu Majah).

 

MENGALAH bukan berarti kalah. Meski demikian, dalam menyebarkan dan mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, mengalah merupakan  strategi. 

 

ALLAH mengajarkan, "Maka, dengan rahmat Allah,  kamu berlaku lembut kepada mereka. Apabila kamu berlaku kasar dan berhati keras,  pastilah mereka akan menghindar dari sisimu. Maka, maafkan mereka.”  (QS. Ali Imran: 159). Maksudnya  maafkanlah adalah pelanggaran yang mereka lakukan dimaafkan.

 

PAHALA mengalah adalah surga. Nabi Muhammad SAW bersabda seperti yang di bawah ini.

 

“Barangsiapa yang mengalah dalam satu pertengkaran dan memang ia salah,  akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada bagian bawah surga. Barangsiapa yang mengalah padahal dia benar,  akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada bagian tengah surga."

 

TERNYATA, mengalah bukan ketika salah saja. Akan tetapi, mengalah juga bisa terjadi ketika seseorang memang  benar.

 

HAL itu terjadi karena persoalannya bukan pada salah atau benar. Akan tetapi, persoalannya  adalah bahwa  mengalah itu menunjukkan ketinggian akhlak seseorang.

 

NABI MUHAMMAD SAW melanjutkan sabdanya, “Barangsiapa memperbaiki akhlaknya, maka akan dibangunkan untuknya sebuah rumah pada tempat tertinggi di surga.” (HR. Ibnu Majah).

 

JADI, akhlak adalah kunci untuk meraih surga pada tempat tertinggi. Kendati bisa dipelajari dan dibiasakan, namun akhlak tidak bisa dibuat-buat. Akhlak adalah perilaku jiwa yang mendorong raga untuk melakukan kebaikan tanpa melibatkan pikiran terlebih dahulu.

 

INILAH wajah agama yang hanif, yang benar. Agama itu  dipenuhi oleh nasihat, baik dalam perkataan, perbuatan, termasuk dalam diam.

 

BERKALI-KALI Nabi Muhammad SAW mewanti-wanti, “Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat.”  (HR. Muslim).

 

TERKAIT pahala mengalah yang berhadiah surga, tidak hanya berkaitan dengan perdebatan seperti yang diuraikan di atas, tapi juga dalam kehidupan berumah tangga. Perbedaan pendapat yang tipis kerap jadi meruncing antara suami dan isteri apabila tidak ada yang mau mengalah.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, "Maukah kalian aku beritahu tentang isteri-isteri kalian yang termasuk ahli surga?”

INILAH jawaban Nabi Muhammad SAW, “Mereka yang besar kasih sayangnya, subur (banyak anak), mudah minta maaf kepada suaminya, yang apabila bersalah atau disakiti dia segera mendatangi suaminya dan memegang tangannya seraya berkata, ‘Demi Allah aku tidak akan memejamkan mata hingga kamu ridha (memaafkan aku).” (HR. Nasa’i).

DI pihak lain, sang suami juga harus bersedia mengalah. Allah memberi nasihat, “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, jika kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. al-Nisa: 19).

APALAGI dalam hal ini,  tugas suami adalah memelihara anak dan isterinya dari api neraka sebagaimana firman Allah SWT, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. Al-Tahrim: 6).

YANG  pasti, keduanya (antara suami dan istri), adalah  saling membutuhkan, "Mereka (para isteri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187)

 

Allahuma ahyini miskinan, wa amitni miskinan, wahsyurni fi zumratil masakin. “Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu dan rendah hati dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu dan rendah hati dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyuk danj rendah hati.” (HR Tirmidzi)

Selasa, 24 November 2020

KETIKA MANUSIA TERLENA OLEH NIKMAT DARI ALLAH

 

8 Rabii'ul Akhir 1442 H/ 24 Nopember 2020

 

KETIKA MANUSIA TERLENA OLEH NIKMAT DARI ALLAH

 

"GUNAKANLAH lima masa (kesempatan) sebelum tiba lima masa (kesempitan). Masa mudamu sebelum tuamu. Masa sehatmu sebelum sakitmu. Masa kayamu sebelum fakirmu. Masa luangmu sebelum sibukmu. Masa hidupmu sebelum kematianmu." (HR. Al Hakim)

 

SUATU ketika, Rasulullah SAW memberi petuah soal hakikat dan pentingnya waktu atau masa. Hadis yang diriwayatkan Imam al-Hakim tersebut sangat masyhur di kalangan umat Islam.

 

MESKI begitu, hanya sedikit yang menjaganya dengan baik. Rasulullah SAW melalui hadis tersebut hendak mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu ada masanya dan akan berakhir pada saatnya.

 

ARTINYA,  segala sesuatu itu  tidak ada yang abadi di dunia ini. Kenapa bisa demikian itu? Karena semua akan berakhir seiring dengan bergantinya waktu.

 

KELIMA nikmat tersebut (sebagaimana hadis di atas) sering melalaikan manusia. Padahal, semua  itu akan sirna.

 

MASA muda, sehat, kaya, luang, dan hidup adalah kesempatan yang mesti dimanfaatkan untuk beramal kebajikan. Sebab, kesempatan ini suatu saat akan berubah menjadi kesempitan, yakni tua, sakit, fakir, sibuk, hingga kematian.

 

TIDAK selamanya kita muda, sehat, kaya, luang, apalagi hidup. Siapa yang pandai menggunakan kelima nikmat tersebut akan beruntung.

 

BEGITU pula sebaliknya. Bagi yang melalaikan kelima nikmat tersebut pasti merugi dan menyesali.  Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam Alquran, Surah  Al Ashr ayat 1-3  di bawah ini.

 

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kerugian. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”

 

MASA atau waktu adalah modal utama manusia. Apabila    waktu tersebut tidak diisi dengan aneka kegiatan, maka waktu akan berlalu.

KETIKA waktu berlalu begitu saja, jangankan keuntungan yang diperoleh. Modal pun telah hilang. 

REZEKI yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan perolehannya lebih banyak di hari esok. Akan tetapi, waktu yang berlalu hari ini, tidak mungkin kembali lagi hari esok.

MESKIPUN  begitu, kebanyakan manusia tidak menggunakan waktu tersebut dengan baik. Setelah tua, baru belajar mengaji dalam kepayahan.

SETELAH sibuk, baru mau membersamai anak-anak belajar. Setelah fakir, baru mau berbicara sedekah.

 

RASULULLAH SAW bersabda, “Ada dua nikmat yang paling sering diabaikan atau melenakan kebanyakan manusia dari ketaatan kepada Allah, yakni sehat dan sempat atau luang.” (HR Bukhari).

 

MENGAPA nikmat sehat dan nikmat  sempat sering membuat manusia terlena? Sebab, watak manusia itu cepat lupa akan kebaikan yang diperolehnya.

APABILA dalam keadaan sakit dan sulit, seseorang itu rajin mengiba dan memohon pertolongan kepada Allah. Namun, setelah lepas dari penderitaan, ia lupa seakan tak pernah meminta.

DALAM hal ini, manusia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok manusia.

 

Pertama, orang yang sehat dan sempat berbuat baik.

Kedua, orang yang sehat, tetapi tidak sempat berbuat baik.

Ketiga, orang yang tidak sehat, tapi sempat berbuat baik.

Keempat, orang yang tidak sehat dan tidak sempat berbuat baik.

 

LALU, kita termasuk kelompok manusia  yang mana? Selagi sehat dan sempat maka bersegeralah mengisi sisa umur dengan ketaatan agar meraih husnul khatimah.

JANGAN  sampai larut dalam kemaksiatan hingga ajal tiba karena akan termasuk su`ul khatimah. na'udzubillahi min  dzalik.

 

Ya Allah, Tuhan kami. Kami mohon agar kiranya Engkau ridho menganugerahkan keselamatan, rahmat, berkah, kesehatan, umur panjang, rezeki halal, ilmu yang bermanfaat, dan kemudahan menghadapi aneka persoalan hidup kepada kami dan kepada Saudaraku.

Senin, 23 November 2020

ALLAH MEMBERIKAN REZEKI KEPADA HAMBA-NYA

 

7 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 23 Nopember 2020.

 

ALLAH MEMBERIKAN REZEKI KEPADA HAMBA-NYA

 

RASULULLAH  SAW bersabda,  “Andaikata kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung, yaitu keluar dengan perut kosong di pagi hari dan kembali dengan perut kenyang di sore hari.”(HR Tirmidzi).

 

HADIS di atas mengingatkan kita akan pentingnya sikap tawakal. Dengan tawakal, hidup kita akan dihiasi dengan ketenangan dan jauh dari rasa cemas.

 

TIDAK sedikit manusia yang hari-harinya dipenuhi oleh rasa khawatir terhadap rezeki. Manusia takut kebutuhannya tak terpenuhi.

 

MEMANG, sepanjang kehidupannya, kebutuhan dan keinginan manusia tidak akan ada habisnya. Tugas manusia hanyalah berusaha dan berdoa semaksimal mungkin.

 

ALLAHLAH yang berkuasa dan berkehendak. Allahlah yang mencukupkan semua kebutuhan manusia.

 

HENDAKNYA diketahui  bahwa hidup akan tenang saat yakin bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Kita akan terhindar dari rasa iri melihat rezeki orang lain.

 

KITA senantiasa bersyukur dengan apa yang kita punyai. Kita tidak khawatir dengan sedikit atau banyak rezeki yang kita diperoleh.

 

KITA merasa cukup dengan  apa yang ada. Kita pun selalu berusaha untuk memperoleh rezeki yang baik dan halal.

 

SUNGGUH, rezeki setiap orang tidak akan pernah tertukar. Tidak elok menyimpan kebencian hanya karena rezeki kita tidak sama dengan rezeki orang lain.

 

BUANGLAH jauh-jauh kedengkian. Sebab, hal itu hanya akan mendatangkan kesengsaraan bagi kita.

 

"Allah Maha  Lembut terhadap hamba-hamba-Nya. Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan Dia Maha Kuat, Maha Perkasa."  (QS Asy-Syura: 19).

 

JANGANLAH bersedih saat rezeki kita terasa sempit. Sebab,  sejatinya Allah telah menjamin rezeki kita.

 

KETIKA Allah telah menghendaki, tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi rezeki itu datang. Sebab, tidak ada sesuatu pun yang kita dapatkan, kecuali atas izin-Nya.

 

BERKAITAN dengan hal itu, Allah  berfirman, “Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya.Tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”   (QS Fatir: 2).

 

JANGANLAH kita takut dan cemas hanya karena urusan rezeki. Fokuskanlah setiap aktivitas kita hanya demi mendapat ridha Allah. Dengan begitu, Allah akan mencukupkan rezeki kita.

 

MASALAH rezeki, Allah telah mengingatkan kepada kita, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”  (QS Ath-Thalaq: 2-3).

 

OLEH karena itu, wajib bagi kita untuk selalu mensyukuri setiap rezeki yang diberikan oleh Allah.  Ridha pada ketetapan-Nya, dan senantiasa berprasangka baik terhadap-Nya.

 

SEBAB, segala sesuatu yang ditetapkan Allah untuk kita adalah merupakan yang terbaik bagi kita. Ingatlah, jangan sampai kesibukan mengurus rezeki, melalaikan kita dari mengingat  Allah.

 

Alhamdu lillaahil ladzii razaqanii haadzaa min ghairi haulin minnii walaa quwwatin . Allaahumma baarik lii fiihi. “Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan aku rezeki ini, tanpa daya dan kekuatan dariku . Wahai Allah, limpahkanlah aku7 keberkahan di dalamnya.”

 

Minggu, 22 November 2020

MEMBUDAYAKAN BANGUN PAGI UNTUK MERAIH KEBERKAHAN

 



6 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 22 Nopember 2020

 

MEMBUDAYAKAN  BANGUN PAGI UNTUK MERAIH KEBERKAHAN

 

BANGUN PAGI dalam keluarga harus menjadi budaya, di samping sebagai ajaran agama. Seorang ayah, harus mampu membangunkan anaknya untuk salat subuh. Antara suami dan isteri pun harus saling berpesan untuk saling membangunkan apabila ada anggota keluarga  yang bangun kesiangan. Insyaallah keluarga yang begitu akan mendapat keberkahan.

 

PAGI  hari adalah masa awal sebuah hari. Bagi orang Indonesia, waktu pagi terbentang mulai tengah malam hingga matahari terbit. Dalam agama, waktu pagi identik dengan waktu subuh.

 

PERIHAL bangun pagi, Nabi Muhmmad SAW memberi informasi seperti yang berikut ini.

 

“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang di antara kalian pada saat tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, ‘Malam masih panjang, tidurlah!’"

“Jika ia bangun, lalu berzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian, jika ia berwudhu, lepaslah lagi satu ikatan.“

“Kemudian, jika ia mengerjakan salat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari ia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, ia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

BERDASARKAN hadis tersebut, terkandung keutamaan bangun pagi. Di bawah ini adalah  keutamaan bangun bagi bagi seseorang yang bisa menjalaninya.

1.      Terlepas dari belenggu setan.

2.      Merasa semangat dan bergembira.

 

SEMENTARA itu, bagi orang yang meneruskan tidurnya, dia tidak akan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, dia akan mendapatkan kerugian, yaitu seperti yang berikut ini.

1.      Dia akan suram mukanya dan tidak bergairah.

2.      Dia tidak salat subuh. Padahal salat subuh disaksikan oleh para malaikat. Allah  berfirman, “Dan dirikanlah salat subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh para malaikat)."  (QS. Al-Isra’: 78).

 

MALAIKAT yang menyaksikan hamba-hamba Allah yang sedang menunikan salat subuh sangat banyak. Mereka itu adalah para malaikat yang berjaga pada malam hari dan para malaikat yang berjaga pada siang hari.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, “Para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul di waktu subuh.”  (HR. Bukhari dan Muslim).

 

DI dalam keluarga, bangun pagi harus menjadi budaya, di samping sebagai ajaran agama. Seorang ayah harus mampu membangunkan anaknya untuk mengerjakan salat subuh.

 

DI antara suami   dan isteri pun harus saling berpesan untuk saling membangunkan  apabila ada anggota keluarga  yang bangun kesiangan. Insyaallah keluarga yang bangun pagi akan mendapat pahala dan keberkahan.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda ketika membangunkan Fatimah, puteri kesayangan beliau, ”Wahai anakku. Bangunlah. Songsonglah rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk pribadi  yang lalai. Sebab, Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya di antara terbit fajar dengan terbit matahari.”  (HR. Ahmad dan Baihaki). Inilah pahala bangun pagi, beroleh rezeki.

 

SELANJUTNYA, orang yang bangun pagi pun akan didoakan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini termaktub di dalam hadis  yang berikut ini.

NABI MUHAMMAD  SAW bersabda, “Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi hari (bangun fajar).” (HR. Ahmad. Inilah keberkahan bangun pagi.

 

DARI semua informasi di atas, maka dapat dimengerti bahwa bangun pagi menjadi penanda waktu dimulainya semua kebaikan. Sementara itu,  pada setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba Allah ada pahala tersendiri yang dijanjikan oleh Allah.

 

YANG dijanjikan oleh Allah itu pasti akan diberikan. Allah  tegaskan, “Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS. Ali Imran: 9).

 

Allaahumma innii as-aluka ‘ilmaan naafi’an, warizqan thayyiban, wa’amalan mutaqabbalan.  “Ya Allah. Sungguh,  aku minta kepada-Mu ilmu ilmu yang manfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah)