Cari Blog Ini

Senin, 13 Maret 2017

Jadikan Sabar dan Sholat sebagai Penolong

Image result for segalanya mudah dengan sabar dan shalat
Sumber gambar : ingrum.net


Diantara bukti kasih sayang Allah SWT kepada manusia, Dia telah menunjukkan dua sarana untuk itu. Jika kita memiliki keduanya, segalanya akan menjadi mudah. Dua hal itu adalah SABAR dan SHALAT. Allah SWT berfirman:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Q.S. Al- Baqarah :45)
Secara ekspilisit bahwa sabar dan sholat adalah dua instrumen yang bisa kita gunakan sebagai alat penolong. Dalam hal apa? Tidak ada keterangan khusus. Ini menunjukkan bahwa sabar dan shalat bisa menjadi sarana penolong kita dalam hal apa saja. Dalam menjalani ibadah, mencegah maksiat, menggapai cita-cita dan menjauhkan diri dari marabahaya, baik di dunia maupun di akhirat.
Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut, “Allah SWT memerintahkan para hamba-Nya untuk menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong dalam hal mencapai kebaikan dunia dan akhirat.” Artinya, dengan sabar dan shalat, segala hal menjadi mudah.
Sabar Sebagai Penolong


Makna sabar adalah al-habsu, menahan diri. Yakni menahan diri terhadap perkara yang tidak disukai maupun menahan diri dari kemauan hawa nafsunya. Demikian penting arti kesabaran, hingga kata ini disebut tidak kurang dari 90 tempat dalam al-Qur’an, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad.
Bahkan saat kita menelusuri kebaikan, keutamaan serta tuntutan keimanan, maka kita akan menemukan bahwa sabar selalu menjadi ruh dan nyawanya. Shaum (puasa) misalnya, inti dari shaum adalah kesabaran. Karena pada saat shaum kita harus menahan diri dari makan, minum, ‘bercampur’ dengan istri di siang hari dan hal-hal lain yang berkenaan dengan hawa nafsu. Jihad fii sabilillah juga hanya mampu dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki kesabaran. Sabar dalam meninggalkan keluarga yang dicintainya, sabar melawan rasa takut dan bersusah payah melawan musuh. Begitulah  segala amal kebaikan dan tuntutan iman membutuhkan kesabaran untuk menjalaninya.
Kesabaran pula yang membuat manusia mampu menahan beratnya cobaan, mampu mencegah diri dari dosa dan maksiat. Ringkasnya kesuksesan manusia dalam menjalani misi hidup di dunia tergantung pada tingkat kesabarannya. Termasuk hasil akhirnya kelak, kesabaran menjadi salah satu penentu utama yang akan menuntun pemiliknya ke dalam jannah. Karena itu ucapan selamat malaikat penjaga jannah bagi mereka-mereka yang masuk jannah adalah, “Selamat atas kalian karena kalian telah bersabar..”
سَلَامٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Q.S. Ar-Ra’d : 24)
Shalat Sebagai Penolong


Shalat merupakan sarana paling efektif untuk teguh diatas ketaatan. Ia mempengaruhi seseorang dalam segala aktifitas, tidak heran jika Umar bin Khattab mengatakan, “man dhayya’ash shalah, fahuwa limaa siwaaha adhya’.” barang siapa yang meremehkan shalat, pasti untuk urusan lain lebih meremehkan. Makna sebaliknya, jika shalatnya baik maka urusan yang lainnya juga akan ikut baik.
Hal ini tidak terbatas pada baiknya karakter di dunia, tapi juga pahala di akhirat, shalat menempati urutan pertama yang akan di hisab, sekaligus menjadi penentu bagi amal-amal yang lain. Bila shalatnya baik, ia akan selamat. Jika tidak baik, apalagi tidak shalat, siksa neraka menanti di hadapannya naudzubillah min dzaliik. Allah SWT menceritakan apa yang akan terjadi kelak di hari kiamat,
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ ۖ  قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,” (Q.S. Al-Mudatsiier : 42-43)
Shalat juga menjadi pencegah paling efektif dari maksiat dan dosa. Allah SWT berfirman,
  إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”  (Q.S. Al-Ankabut : 45)
Wallahu a’lam bishawab.
Sumber : www.madingmuslim.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar