Cari Blog Ini

Minggu, 22 November 2020

MEMBUDAYAKAN BANGUN PAGI UNTUK MERAIH KEBERKAHAN

 



6 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 22 Nopember 2020

 

MEMBUDAYAKAN  BANGUN PAGI UNTUK MERAIH KEBERKAHAN

 

BANGUN PAGI dalam keluarga harus menjadi budaya, di samping sebagai ajaran agama. Seorang ayah, harus mampu membangunkan anaknya untuk salat subuh. Antara suami dan isteri pun harus saling berpesan untuk saling membangunkan apabila ada anggota keluarga  yang bangun kesiangan. Insyaallah keluarga yang begitu akan mendapat keberkahan.

 

PAGI  hari adalah masa awal sebuah hari. Bagi orang Indonesia, waktu pagi terbentang mulai tengah malam hingga matahari terbit. Dalam agama, waktu pagi identik dengan waktu subuh.

 

PERIHAL bangun pagi, Nabi Muhmmad SAW memberi informasi seperti yang berikut ini.

 

“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang di antara kalian pada saat tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, ‘Malam masih panjang, tidurlah!’"

“Jika ia bangun, lalu berzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian, jika ia berwudhu, lepaslah lagi satu ikatan.“

“Kemudian, jika ia mengerjakan salat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari ia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, ia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

BERDASARKAN hadis tersebut, terkandung keutamaan bangun pagi. Di bawah ini adalah  keutamaan bangun bagi bagi seseorang yang bisa menjalaninya.

1.      Terlepas dari belenggu setan.

2.      Merasa semangat dan bergembira.

 

SEMENTARA itu, bagi orang yang meneruskan tidurnya, dia tidak akan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, dia akan mendapatkan kerugian, yaitu seperti yang berikut ini.

1.      Dia akan suram mukanya dan tidak bergairah.

2.      Dia tidak salat subuh. Padahal salat subuh disaksikan oleh para malaikat. Allah  berfirman, “Dan dirikanlah salat subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh para malaikat)."  (QS. Al-Isra’: 78).

 

MALAIKAT yang menyaksikan hamba-hamba Allah yang sedang menunikan salat subuh sangat banyak. Mereka itu adalah para malaikat yang berjaga pada malam hari dan para malaikat yang berjaga pada siang hari.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda, “Para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul di waktu subuh.”  (HR. Bukhari dan Muslim).

 

DI dalam keluarga, bangun pagi harus menjadi budaya, di samping sebagai ajaran agama. Seorang ayah harus mampu membangunkan anaknya untuk mengerjakan salat subuh.

 

DI antara suami   dan isteri pun harus saling berpesan untuk saling membangunkan  apabila ada anggota keluarga  yang bangun kesiangan. Insyaallah keluarga yang bangun pagi akan mendapat pahala dan keberkahan.

 

NABI MUHAMMAD SAW bersabda ketika membangunkan Fatimah, puteri kesayangan beliau, ”Wahai anakku. Bangunlah. Songsonglah rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk pribadi  yang lalai. Sebab, Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya di antara terbit fajar dengan terbit matahari.”  (HR. Ahmad dan Baihaki). Inilah pahala bangun pagi, beroleh rezeki.

 

SELANJUTNYA, orang yang bangun pagi pun akan didoakan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini termaktub di dalam hadis  yang berikut ini.

NABI MUHAMMAD  SAW bersabda, “Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi hari (bangun fajar).” (HR. Ahmad. Inilah keberkahan bangun pagi.

 

DARI semua informasi di atas, maka dapat dimengerti bahwa bangun pagi menjadi penanda waktu dimulainya semua kebaikan. Sementara itu,  pada setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba Allah ada pahala tersendiri yang dijanjikan oleh Allah.

 

YANG dijanjikan oleh Allah itu pasti akan diberikan. Allah  tegaskan, “Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS. Ali Imran: 9).

 

Allaahumma innii as-aluka ‘ilmaan naafi’an, warizqan thayyiban, wa’amalan mutaqabbalan.  “Ya Allah. Sungguh,  aku minta kepada-Mu ilmu ilmu yang manfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah)

Sabtu, 21 November 2020

SEDIKIT CUKUP, BANYAK KURANG

 


5 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 21 Nopember 2020

 

SEDIKIT CUKUP, BANYAK KURANG

 

RASULULLAH SAW  memberi nasihat agar  pengikutnya senantiasa mencari keberkahan dan kecukupan rezeki walaupun sedikit, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan diberikan oleh Allah sikap kanaah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya." (HR.Tirmidzi)

 

MENGAPA demikian itu? Karena,  ada perbedaan antara banyak dan cukup.

 

BANYAK adalah jumlah harta yang kita peroleh. Sementara itu,  cukup adalah penerimaan hati kita terhadap jumlah yang kita peroleh.

 

ORANG yang memiliki keinginan untuk  memiliki banyak harta, kepuasan yang benar-benar puas tidak akan pernah tercapai. Kenapa? Karena, sesudah dia mencapai jumlah tertentu, langsung akan muncul target atau keinginan baru lagi.

 

HAL itu berbeda dengan mereka yang merasa cukup. Rasa cukup akan muncul karena hatinya dapat menikmati apa yang dia peroleh berapa pun jumlahnya.

 

DI situ ada rasa syukur di hatinya. Hatinya adalah hati yang kaya, akan menjadi  qanaah, nerimo ing pandum, sumeleh, tidak  rakus harta.

 

DIA tidak melihat ke atas,  tetapi  melihat ke bawah. Dia melihat mereka yang dari sisi harta tidak sebaik dirinya. Ternyata, masih ada orang yang hidup tunawisma karena tidak memiliki tempat bernaung.

 

ALLAH  sudah menetapkan rezeki kita sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Lantas, bagaimana ketika kita merasa kurang dengan rezeki yang kita dapat tersebut?

 

SEJATINYA hal itu  bukan karena rezeki dari Allah yang tidak mencukupi. Akan  tetapi,  hal itu disebabkan  oleh  rasa bersyukur kita  kepada Allah  yang masih kurang di hati.

SEBAB, saat hati sudah didahului oleh syukur, sebelum otak mengingini yang lebih banyak,  maka sudah tentu kita akan selalu merasa cukup. Kita merasa cukup walau rezeki kita itu terbilang kecil.

 

ALLAH berfirman, "Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi,  Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.” (QS. Asy-syura  ayat 27).

 

REZEKI baik itu bukan hidup kaya berlimpah harta. Akan tetapi, rezeki baik itu ada  pada hidup sederhana yang berlimpah manfaat.

 

KESEDERHANAAN itu bukan terletak  pada hidup  tidak boleh kaya. Akan tetapi, kesederhanaan itu  terletak pada cara pembawaan kita dalam meyikapi hidup

 

BAGAIMANA kita membawa diri, banyak orang yang sombong karena merasa lebih kaya dibanding orang lain. Ingat bagaimana iblis terlempar dari surga yang nyaman dan enak?

 

HAL itu disebebkan oleh kesombong iblis. Yakni, iblis merasa dirinya lebih mulia daripada Adam, manusia yang diciptakan dari tanah.

 

BEGITU mahal harga kesombongan yang harus dibayar iblis. Kesombongan yang memenuhi dadanya harus dibayar dengan perubahan kenyamanan hidup dirinya dan anak cucunya. Bukan hanya terlempar dari surga, tapi juga kepastian jadi penghuni neraka laknat selamanya.

 

RASULULLAH SAW  memberi nasihat agar  manusia senantiasa mencari keberkahan dan kecukupan walau sedikit. Hal itu sesuai dengan sabda beliau  di bawah ini.

“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya.” (HR. Tirmidzi)

BETAPA  tidak sedikit manusia yang hartanya banyak, namun hatinya miskin. Dengan demikian, mereka selalu merasa kekurangan. Pun pula,  betapa banyak manusia  yang fakir, tetapi hatinya kaya dan memiliki sikap qanaah merasa kaya dan tidak berkurangan?

Allahummakfinii bihalaalika ‘anharaamika, Wa aghninii bifadhlika ‘amman siwaaka.". Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal,  sehingga aku tidak memerlukan yang haram,  dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu. (HR. At-Tirmidzi  dan. Ahmad)

Jumat, 20 November 2020

DISIPLIN TERHADAP WAKTU

 


4 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 20 Nopember 2020

 

DISIPLIN TERHADAP  WAKTU

 

"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari (pada waktu) mereka saling berkenalan." (QS Yunus: 45).

 

AGAMA (Islam) sangat menghargai waktu. Kenapa  waktu dihargai?  Karena waktu adalah sangat bernilai.

 

DALAM Alquran, Allah  bersumpah dengan waktu. Misalnya, dalam Surah Al-‘Ashr ayat 1-3  disebutkan: "Wal ‘ashr, inna al-insân la fî khusr, illallazîna âmanû, wa ‘amilû al-shâlihât, wa tawâshau bi al-haqq, wa tawâshau bi al-shabr."

 

ARTINYA,  “Demi masa (waktu). Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih (mengerjakan kebajikan), saling berwasiat dengan kebenaran, dan saling berwasiat dengan kesabaran.”

 

AYAT di atas menunjukkan bahwa masa hidup di dunia terasa sangat singkat. Waktu adalah karunia dari Allah yang diberikan kepada semua orang tanpa kecuali.

 

ITULAH sebabnya, jangan sampai kita lalai terhadap waktu dan tidak menghargainya sehingga berlalu tanpa arti. Waktu harus disyukuri dengan cara dimanfaatkan sebaik-baiknya sesuai dengan komitmen kita dan tujuan penciptaan kita oleh Allah.

 

BEBERAPA surah dalam Alquran pun  diawali Allah  dengan bersumpah menggunakan berbagai macam waktu. Demi waktu fajar (QS Al-Fajr  ayat 1), demi waktu malam  (QS Al-Lail ayat 1), demi waktu dhuha (QS Adh-Dhuha  ayat 1), demi masa (QS Al-Ashr  ayat 1).

 

HAL tersebut menunjukkan bahwa waktu adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Dengan demikian,  kita tidak akan membiarkan waktu berlalu tanpa dimanfaatkan dengan baik untuk melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah.

 

PADAHAL, Allah telah banyak memberikan nikmat kepada kita. Inilah prinsip yang harus dipegang untuk mengelola waktu yang merupakan karunia nikmat-Nya.

 

"Sesungguhnya salat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."  (QS An-Nisa' :103).

 

DALAM kaitannya dengan hal tersebut, Rasulullah SAW pernah ditanya, "Amalan apa yang paling afdal?"

 

BELIAU  pun menjawab, "Salat di awal waktunya." (HR Abu Daud).

 

AGAMA mengajarkan kepada kita untuk disiplin terhadap waktu dengan membiasakan diri untuk salat pada awal waktu, tidak menunda-nunda. Kita hendaknya mengamalkan disiplin terhadap waktu dalam hidup sehari-hari.

 

RASULULLAH SAW bersabda, "Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu kefakiranmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR Hakim).

 

DENGAN memperhatikan hadis di atas, kita menyadari bahwa nikmat tersebut sewaktu-waktu bisa diambil oleh Allah. Dengan demikian,  kita harus memanfaatkan waktu  sebaik-baiknya secara benar di jalan yang diridhai Allah sebelum datang waktu berubahnya nikmat tersebut.

 

Allahumma waffiqna li tha’atika, wa atmim taqshirana, wa taqabbal minna, innaka antas sami’ul ‘alim. Wa shallallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘alihi wa shahbihi wa sallam.  Ya Allah, bimbinglah jalan kami pada jalan ketaatan kepada-Mu, sempurnakanlah kekurangan kami, terimalah ibadah kami. Sungguh, Engkau Maha Mendengar lagi Mengetahui. Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

 

Kamis, 19 November 2020

KISAH DOA YANG DIIJABAH


 

3 Rabi'ul Akhir 1442 H/19 Nopember 2020

 

KISAH DOA YANG DIIJABAH       

 

 ALKISAH. Pada suatu hari, umat Nabi Isa AS ditimpa musibah kekeringan. Kemudian, Nabi Isa AS mengajak  masyarakat untuk memohon kepada Allah agar Allah berkenan menurunkan hujan. Caranya dengan melaksanakan salat istisqa’ (salat

meminta hujan)

 

NAMUN demikian, kemudian  Allah memberikan wahyu kepada Nabi Isa AS untuk tidak melaksanakan salat Istisqa’. Pasalnya, di antara kaum/masyarakat Nabi Isa  AS masih banyak yang memiliki dosa.

 

NABI ISA  AS pun menginformasikan hal itu  kepada masyarakatnya. Informasi tersebut menerangkan  bahwa siapa saja yang merasa pernah melakukan kesalahan dan dosa untuk segera menyingkir dan tidak ikut salat.

 

TERNYATA, usai Nabi Isa AS  memberikan wejangan itu, semua orang menyingkir. Hanya ada seorang pemuda yang tak memiliki mata sebelah kanan yang tidak menyingkir.

 

NABI ISA AS  pun bertanya, “Wahai pemuda. Mengapa kamu tidak ikut menyingkir?”

 

“Wahai Nabi Isa AS.  Aku tidak pernah melakukan dosa kepada Allah. Dahulu, secara tidak sengaja, pernah aku melihat telapak kaki seorang perempuan dengan mata kananku ini. Aku pun kemudian mencungkilnya,” jawab pemuda itu.

 

PEMUDA itu menambahkan, “Bahkan seandainya aku juga melihat kaki perempuan itu dengan mata kiriku, aku pasti akan juga mencungkilnya.”

 

MENDENGAR kisah si pemuda, Nabi Isa AS menangis. Sampai jenggot Nabi ISA AS  terbasahi oleh air mata.

 

NABI ISA AS lantas memohon kepada si pemuda itu untuk berdoa agar Allah berkenan menurunkan hujan. Nabi Isa AS menganggap bahwa si pemuda itu lebih berhak untuk berdoa kepada Allah.

 

NABI ISA AS mengatakan,  “Aku memang terjaga ( makshum) oleh wahyu dan engkau tidak. Namun, engkau tidak memiliki dosa."

 

SI pemuda pun mengiyakan permintaan Nabi Isa AS. Pemuda itu lantas  berdoa kepada Allah, “Ya Allah, meski Engkau telah mengetahui apa yang akan kami lakukan, Engkau tetap menciptakan kami. Bahkan Engkau menangggung rezeki kami. Sekarang, kami mohon, Engkau sudi untuk menurunkan hujan kepada Kami!”

 

SEKETIKA, sebelum pemuda itu selesai berdoa, hujan sudah turun dengan derasnya. Akhirnya, semua orang pun bisa meminum air hujan itu.

 

PADA kisah di atas  terkandung hikmah.Yakni  yang berikut ini.

 

1.    Dosa akan membuat seseorang terhalang doanya.

2.    Dosa akan membuat manusia menjadi sengsara, tidak saja di akhirat kelak (dengan masuk neraka), namun juga di dunia, yakni dengan banyaknya kesusahan yang  dialaminya.

 

BANYAK faktor yang menyebabkan doa yang  dipanjatkan oleh seseorang tidak terkabul. Salah satunya adalah karena dosa-dosa yang  dilakukan oleh orang tersebut.

 

ALLAH berfirman,  “Maka, aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu! Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'”  (QS. Nuh: 10-12).

 

"Tiada ada Tuhan selain Allah yang Maha Penyantun dan Pemurah. Maha Suci Allah Tuhan pemelihara arsy yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mulah aku memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu, dan memperoleh keuntungan pada tiap-tiap dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa dari pada diriku, melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu kepentingan melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan yang paling Pengasih dan Penyayang."

Rabu, 18 November 2020

KISAH HIKMAH: BUAH MEMULIAKAN TAMU

 


2 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 18 Nopember 2020

 

KISAH HIKMAH: BUAH MEMULIAKAN TAMU

 

SALAH satu keutamaan memuliakan  tamu adalah menjadikan ladang sedekah, sehingga penerima tamu akan mendapat pahala atau rezeki yang berlipat ganda (lebih baik). Berikut kisah hikmah memuliakan tamu

 

ALKISAH. Pada sebuah dusun hiduplah seorang perempuan salihah bernama Al-Fiddah. Ia dan keluarganya hidup miskin. Mereka memiliki seekor kambing.

 

PADA suatu ketika suami AL-Fiddah ingin menyembelih kambing untuk menyambut hari raya. Namun, sebelum hari raya tiba, secara mendadak datanglah tamu teman suami Al-Fiddah.

 

AL-FIDDAH dan suaminya merasa kebingungan. Apa yang harus mereka hidangkan untuk menyambut dan menghormati kedatangan tamu mereka.

 

BUKANKAH Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk  menghormati tamu? "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya  memuliakan tamunya." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

KEMUDIAN keluarga Al-Fiddah membuat keputusan bahwa mereka akan menyembelih kambing milik satu-satunya. Kambing tersebut akan dipotong  dan dimasak untuk memberikan hidangan makan bagi tamu keluarga Al-Fiddah.

 

MAKA, suami Al-Fiddah bersama anak lelakinya menyembelih kambing di belakang tembok rumahnya. Sementara itu,  Al- Fiddah  menunggu di pintu belakang.

 

TIBA-TIBA Al-Fiddah melihat seekor kambing keluar dari balik tembok, tempat suaminya menyembelih kambing. Kambing tersebut kemudian melompat masuk ke dalam kandangnya.

 

AL-FIDDAH terkejut. Ia mengira bahwa kambing itu adalah kambing miliknya yang lepas saat akan disembelih. Lalu, Al Fiddah mendatangi suaminya.

 

TERNYATA suaminya sedang menguliti kambing yang dipotong. Lantas, kambing siapa yang masuk kandang tadi. Itu adalah kambing dari Allah, pengganti kambing yang disembelih untuk menghomati tamu tersebut.

 

AL-FIDDAH kemudian berkata kepada suaminya, "Alhamdulillah. Semoga Allah mengganti dengan kambing yang lebih baik ketimbang kambing kita yang kita sembelih."

 

TERNYATA, kambing tersebut dapat mengeluarkan susu dan madu. Begitulah Allah memberikan ganti kambing yang dipotong untuk hidangan makan tamu dengan kambing yang lebih

 

YA Allah, Tuhan kami. Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri. Karena itu, ampunilah aku. (QS. Al-Qashash: 16).

Selasa, 17 November 2020

MEMULIAKAN TAMU ITU MENDAPAT PAHALA

 


1 Rabi'ul Akhir 1442 H/ 17 Nopember 2020

 

MEMULIAKAN TAMU ITU MENDAPAT PAHALA

 

DALAM agama, memuliakan tamu adalah sebuah amal salih yang pahalanya bukan saja akan dibalas oleh Allah di akhirat sebagai tabungan. Akan tetapi,  memuliakan tamu juga akan mendapatkan balasan secara langsung di dunia yang akan segera dirasakan oleh pelakunya.

 

MENYAMBUNG tali silaturahmi dan menyambut orang yang berniat untuk menyambung tali silaturahmi adalah keharusan bagi  muslim. Memulai dan menyambung silaturahmi dengan cara bertamu dan menerima tamu memiliki adab  tersendiri yang teratur dalam aturan agama.

 

BAHKAN,  agama sangat menganjurkan pemeluknya agar  memuliakan dan mengormati tamu sebagai bentuk ketakwaan dan sebagai bentuk penghormatan terhadap diri sendiri. Karena kualitas pribadi seseorang salah satunya bisa terlihat dari bagaimana ia menerima tamu dan memuliakannya.

 

SALAH satu karakteristik penting dalam masyarakat muslim adalah memuliakan tamu. Memuliakan tamu merupakan cermin penghargaan agama terhadap hak-hak individu dan sosial seseorang.

 

KARENA itu Nabi Muhammad SAW bersabda seperti yang di bawah ini.

 

   مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

 

“Barangsiapa  beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah  memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari).

 

HADIS   tersebut memberi indikasi bahwa ada kaitan antara iman seseorang dengan memuliakan tamu. Di samping itu, memuliakan tamu pun berefek positif bagi kehidupan akhirat.

 

JADI,  agama memandang tamu tidak hanya sebagai entitas penting dalam membangun kehidupan manusia dalam berbagai aspek di dunia. Akan tetapi, memulikan tamu pun menjadi ukuran keimanan seseorang.

 

TAMU dan didatangi tamu adalah simbol kerja sama. Artinya, ada praktik tukar-menukar informasi, kepentingan, dan kebutuhan lainnya di dalamnya.

MANUSIA diciptakan  Allah sebagai makhluk yang tidak bisa hidup sendirian. Takdirnya, manusia adalah makhluk berkelompok. Maka, manusia membutuhkan makhluk sejenis, baik untuk berkumpul maupun bertukar kebutuhan.

MISALNYA, untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Secara praksis, sebagai pintu awal untuk memenuhi ketiga kebutuhan tersebut adalah  dengan bertamu dan menerima tamu.

 

BERTAMU yang dianjurkan oleh agama adalah seperti yang berikut ini.

1.   Masuk  rumah apabila diizinkan atau diundang.

2.   Makan makanan dan minum minuman  yang disediakan.

3.   Tidak memperpanjang pembicaraan.

4.   Berkata dengan cara yang baik (sopan) atau memilih diam.

 

SEJATINYA kian banyak orang yang datang bertamu itu menandakan bahwa seseorang memiliki pergaulan yang luas, disenangi, dan ada yang dibutuhkan orang lain darinya. Oleh karena itu, salah satu cara merawatnya adalah dengan memulikan tamu dengan berbagai cara.

MISALNYA, menyambut tamu  dengan senyum dan perkataan baik. DI samping itu juga menyediakan makanan dan atau minuman.


NABI MUHAMMAD SAW memberi kabar, "Apabila seorang tamu masuk ke rumah seorang mukmin, masuk pula bersama tamu itu seribu rahmat dan seribu berkah. Allah akan menulis untuk pemilik rumah itu pada setiap suap makanan yang dimakan oleh tamunya seperti pahala haji dan umrah.” (HR. Dailami). Inilah pahala memuliakan tamu yang begitu hebat.


SEMOGA rumah kita termasuk rumah yang senantiasa dimasuki tamu sehingga kita mendapatkan dua pahala sekaligus. Yakni yang berikut ini.

Pertama, pahala dunia berupa adanya kemudahan untuk saling bertukar informasi dan kebutuhan baik primer, skunder, dan tetier.

Kedua, pahala akhirat, berupa masuknya seribu rahmat dan seribu berkah ke dalam rumah tuan rumah. Termasuk, pahala seperti haji dan umrah.

 

Allahumma barik lahum fima razaqtahum waghfirlahum warhamhum.  “Ya Allah, berilah keberkahan atas apa yang Engkau rezekikan pada mereka, ampunilah dan kasihanilah mereka.”

Sabtu, 14 November 2020

HENDAKNYA KITA TERUS BERBUAT BAIK

 28 Rabi'ul Awwal 1442 H/ 14 Nopember 2020.


 

HENDAKNYA KITA TERUS BERBUAT BAIK

 

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS al-Qashash: 77).

 

Pada ayat itu, Allah memberikan perintah untuk hal yang juga dilakukan oleh-Nya.  Hal ini menunjukkan keutamaan berbuat baik.

 

KITA menaati perintah Allah  tersebut dengan berbuat baik. Kita berbuat baik bukan  karena yang lain. Akan  tetapi, kita berbuat baik ikhlas karena Allah.

 

BOLEH jadi,  seseorang berbuat baik kepada orang lain dengan menjadikannya sebagai utang budi.  Konsekuensinya adalah bahwa seseorang tersebut mengharap pengakuan dan balasan dari orang lain.

 

KITA tidak perlu menghitung-hitung kebaikan yang pernah kita  lakukan kepada orang lain. Akan lebih baik apabila kita  bisa melupakan kebaikan kita tersebut.

 

ITULAH sebabnya, hendaknya kita terus berbuat baik kepada orang lain dan tidak merisaukannya meskipun orang tersebut tidak peduli. Keinginan agar banyak orang mengetahui dan mendengar kebaikan kita  tersebut juga harus dihindari.

 

KENAPA harus dihindari itu?  Hal itu kita hindari karena dikhawatirkan  keinginan agar banyak orang mengetahui dan mendengarkan kebaikan kita tersebut menjurus pada riya karena mengesampingkan ikhlas dalam beramal.

 

BERBUAT baik merupakan akhlak mulia yang bisa diwujudkan pada berbagai hal. Misalnya,  memberikan pertolongan, menasihati untuk kebaikan, berbagi ilmu, atau memperlakukan  segala sesuatu (terutama manusia) dengan baik, terutama untuk orang-orang terdekat, yaitu orang tua, suami, istri, anak, dan kerabat.

 

SELANJUTNYA, berbuat baik untuk lingkup yang lebih luas. Misalnya dengan tetangga, rekan di tempat kerja, dan dengan semua orang yang kita berinteraksi dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

 

DALAM hal ini, Allah  memerintah kita untuk berbuat baik. Hal itu, sebagaimana firman-Nya di bawah ini.

 

"Dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik."  (QS Al-Baqarah: 195).

 

"Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-A'raf: 56).

 

“Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan, akan Kami (Allah)  tambahkan kebaikan baginya.” (QS Asy-Syura: 23).

 

AYAT-AYAT di atas menjelaskan janji Allah bagi orang-orang yang berbuat baik. Yakni dicintai-Nya, memperoleh rahmat-Nya, dan tambahan kebaikan.  Itulah sebabnya, kita antusias untuk berbuat baik dengan ikhlas dan mengharap rida-Nya secara istikamah.

 

RASULULLAH SAW bersabda, "Barangsiapa menolong saudaranya yang sedang dalam kebutuhan, Allah akan menolongnya dalam kebutuhannya." (HR Bukhari dan Muslim).

 

DI samping itu, beliau juga bersabda, "Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

 

HADIS di atas mendorong kita untuk selalu berusaha menolong orang lain dan untuk berbuat baik kepada orang lain tanpa meremehkan sedikit pun untuk hal-hal yang mudah dan kecil. Misalnya, memperlihatkan wajah tersenyum.

 

APA balasaannya orang yang berbuat baik? Inilah janji Allah, “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah) dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam serta tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS Yunus: 26).

 

AYAT tersebut menjelaskan  tentang balasan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik. Pahala terbaik berupa surga dan tambahannya, yaitu kenikmatan melihat Allah.

 

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin, ampunilah (dosa-dosa)ku dan juga rahmatilah aku.  Jika Engkau hendak menguji suatu kaum, maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak tenggelam dalam ujian. Ya Allah, aku memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu.